Monday, August 22, 2011

Biodata Lengkap Nuri Sahin

Profil Tim dan Biodata Pemain kali ini akan menyajikan Profil Pemain Real Madrid yang didatangkan dari Klub Liga Jerman Borussia Dortmund yaitu Nuri Sahin. Nuri Sahin adalah pemain Timnas Turki yang berposisi sebagai Midfielder. Permainan bagusnya bersama Dortmund pada musim lalu, membuat El Real Tertarik untuk merekrutnya, dan Real Madridpun berhasil mendapatkan Gelandang 23 tahun ini dengan Harga 10 juta Ponds dengan masa kontrak 6 tahun. Nuri Sahin lahir di Ludenscheid, Jerman, pada tanggal 5 September 1988. Bagi kamu yang ingin mengetahui Profil Nuri Sahin, Perjalanan Karir, dan Biografi dari Pemain Timnas Turkey ini. Berikut Profiles dan Biography lengkap dari Nuri Sahin.


Profil Dan Biodata Lengkap Nuri Sahin

Nama Lengkap : Nuri Kazim Sahin
Tempat Lahir : Ludenscheid, Jerman Barat
Tanggal Lahir : 5 September 1988
Kebangsaan : Jerman
Posisi : Midfielder
Bermain di Klub : Real Madrid

Profil Pemain


Nuri Kazım Sahin lahir pada 5 September 1988 di Ludenscheid, Jerman, dia adalah pesepakbola Jerman kelahiran Turki yang saat ini memperkuat Real Madrid. di juga seorang pemain Timnas Turki dan pernah bermain di Borussia Dortmund. Dengan kontrak selama 6 tahun dan nilai transfer sebesar 10 juta Ponds, Nuri Kazim bermain di Real Madrid.

Perjalanan Karir

Karir Senior


2005–2009 Borussia Dortmund II | tampil (30) | gol (14)
2005–2011 Borussia Dortmund | tampil (135) | gol (13)
2007–2008 Feyenoord (loan) | tampil (29) | gol (6)

Timnas


2003 Turkey U16 | tampil (2) | gol (0)
2004–2005 Turkey U17 | tampil (21) | gol (5)
2004 -2005 Turkey U19 | tampil (6) | gol (0)
2007–2008 Turkey U21 | tampil (11) | gol (5)
2005– Turkey | tampil (26) | gol (1)

Demikian sekilas dari Biodata Nuri Sahin, pemain Turki yang saat ini bermain untuk Klub Real Madrid.
Selain memberikan Biodata lengkap Nuri Sahin, kami juga menyajikan Profil dan Biodata pemain sepakbola lainnya yaitu dari Edin Dzeko Biografi Lengkap.
Read More

Kampung Arab Palembang


            Palembang memiliki berbagai etnis dan budaya yang ada di masyarakatnya. Ada etnis Tiong Hoa, etnis India, etnis Arab, dan lain-lain. Setiap etnis tersebut memiliki komunitasnya masing-masing. Baik itu berupa tempat tinggal, organisasi, maupun hanya sekedar perkumpulan. Tempat tinggal atau pemukiman yang ada di suatu masyarakat etnis tertentu, sebagian besarnya adalah masyarakat dari etnis tersebut. Misalnya, Sekumpulan masyarakat yang berasal dari Arab, bermukim di suatu tempat besar, dinamakan Kampung Arab. 
Sebagian besar penduduk di Kampung Arab adalah orang-orang yang berasal dari Arab. Diperkirakan sekitar 300 tahun yang lalu, orang-orang yang berasal dari Arab datang ke Palembang untuk berdagang dan menyebarkan Agama Islam. Sebagian besar dari mereka adalah penduduk yang berasal dari Hadramaut, yang terletak di daerah pesisir Jazirah, Arab bagian Selatan (yang sekarang telah menjadi Yaman).Banyak di antara mereka yang akhirnya menetap dan menikah dengan orang asli Palembang, yang akhirnya kemudian bermukim di suatu tempat bersama kelompoknya.

Menurut Teori Segregasi Ekologis H. D. Evers, penduduk keturunan Arab tersebut bermukim di suatu tempat atau terkonsentrasi di suatu tempat tertentu dikarenakan persamaan latarbelakang mereka yang sama-sama berasal Arab. Kesamaan budaya dan kebiasaan yang sama juga menyebabkan penduduk yang berasal dari Arab lebih betah berada bersama dengan penduduk yang juga berasal dari daerah yang sama.
Kampung Arab yang berada di Palembang terletak di sepanjang Sungai Musi, baik di bagian Ilir, maupun yang di bagian Ulu, yang tepatnya berada di Lorong Asia dan kampung Sungai Bayas, Kelurahan Kotabatu, Kecamatan Ilir Timur 1; Lorong Sungai Lumpur di Kelurahan 9-10 Ulu, Kemudian di Lorong BBC di Kelurahan 12 Ulu, Lorong Almunawar di Kelurahan 13 Ulu, Lorong Al-Hadad, Lorong Al-Habsy dan Lorong Al-Kaaf di Kelurahan 14 Ulu, dan Kompleks Assegaf di Kelurahan 16 Ulu. Dalam masyarakat tersebut terdapat beragam paham yang berkembang. Diantaranya, Assegaf, Al-Habsy, Al-Kaaf, Hasny,Syahab (Shyhab), dan sebagainya. Secara Administratif, situs-situs yang berda di kawasan seberang ulu tersebut termasuk dalam wilayah Kecamatan Seberang Ulu II. Meski paham yang mereka anut tersebut berbeda-beda, sebagian besar dari mereka masih bersaudara.
Bentuk-bentuk rumah penduduk yang berada di Kampung Arab, tepatnya di Lorong Al-Munawar Kelurahan 13 Ulu, sama seperti bentuk rumah masyarakat Palembang pada umumnya. Hal tersebut dikarena, menurut mereka, mereka datang jauh-jauh ke Palembang hanya untuk menyebarkan Agama Islam. Yang mereka bawa hanyalah Kitab dan Nisan. Kitab artinya ajaran-ajaran Agama Islam yang harus di sebarkan, Nisan artinya tanda makam jika mereka meninggal di daerah rantauan. Sehingga, bentuk-bentuk rumah mereka cenderung mengikuti bentuk-bentuk rumah, seperti rumah panggung dan rumah Indies, yang sedang berkembang saat itu.
Rumah-rumah penduduk Kampung Arab tersebut mengelilingi sebuah lapangan terbuka, dan rumah orang-orang yang dipertuakan menghadap ke arah Sungai Musi. Selain itu, banyak rumah-rumah penduduk yang berada di sepanjang Sungai Musi, dan menghadap ke arah Sungai. Pembagian tersebut didasarkan oleh tingkat pengetahuan agama mereka. Rumah-rumah tersebut biasanya setiap rumahnya memiliki beberapa Kepala Keluarga. Hal terebut dikarenakan rumah-rumah mereka di tinggali secara turun-temurun dari keluarga mereka.

Budaya Masyarakat Kampung Arab
Meski mereka melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar mereka, Masyarakat Kampung Arab memiliki kebudayaan mereka tentang Pernikahan. Menurut kebudayaan mereka, seorang perempuan keturunan Arab tidak boleh menikah dengan laki-laki Pribumi (masyarakat dari daerah sekitar). Namun, laki-laki keturunan Arab boleh menikah dengan perempuan Pribumi. Perempuan keturunan Arab yang menikah dengan laki-laki Pribumi akan dianggap aib oleh masyarakat Kampung Arab. Karena menurut mereka, Laki-laki-lah yang masih memiliki darah keturunan dari Rasulullah, sedangkan perempuan tidak. Oleh sebab itu jika perempuan keturunan Arab menikah dengan laki-laki Pribumi, maka garis dari Rasulullah tersebut akan terputus hanya pada perempuan tersebut, karena laki-laki Pribumi tidak memiliki darah keturunan dari Rasulullah.

Read More

Wednesday, August 17, 2011

Edin Dzeko Biografi Lengkap

Profil Tim dan Biodata Pemain kali ini akan menyajikan Profil Pemain Manchester City berkebangsaan Bosnia yaitu Edin Dzeko. Bagi para penggemar sepakbola, nama Edin Dzeko mungkin sedikit asing, pemain yang namanya kian dikenal ketika menjadi pencetak gol terbanyak Liga Jerman, ketika masih membela VfL Wolfsburg, dan hal itulah yang membuat The Cityzen tertarik untuk merekrutnya. Pemain yang berposisi sebagai Penyerang ini, memulai awal karirnya bersama Klub Zeljeznicar. Edin Dzeko lahir di Sarajevo pada tanggal 17 Maret 1986. Bagi kamu yang ingin mengatahui Profil Edin Dzeko, Perjalanan Karir, Kehidupan Pribadi, dan Biografi lengkap dari Striker Manchester City ini. Berikut Profile dan Biography lengkap dari Edin Dzeko.


Profil Dan Biodata Lengkap Edin Dzeko

Nama Lengkap : Edin Dzeko
Tempat Lahir : Sarajevo
Tanggal Lahir : 17 Maret 1986
Kebangsaan : Bosnia
Posisi : Penyerang
Bermain di Klub : Manchester City

Profil Pemain

Edin Dzeko lahir pada 17 Maret 1986 di Sarajevo, SR Bosnia _Herzegovina, SFR Yugoslavia. Dia adalah pesepakbola Bosnia yang bermain sebagai penyerang di klub Manchester City dan sekaligus menjadi pemain Timnas Bosnia pada tahun 2009 dan 2010.

Perjalanan Karir

Karir Senior

2003–2005 : Zeljeznicar | penampilan (40) | gol (5)
2005–2007 : Teplice | penampilan (43) | gol (16)
2005 → Ústí nad Labem-loan | penampilan (15) | gol (6)
2007–2011 : VfL Wolfsburg | penampilan (111) | gol (66)
2011– Sekarang : Manchester City)| penampilan (8) | gol (0)

Timnas

2003–2004 Bosnia & Herzegovina U19
2006–2007 Bosnia & Herzegovina U21 | penampilan (5) | gol (1)
2007– Bosnia & Herzegovina | penampilan (31) | gol (18)

Demikian sekilas mengenai Biografi dari Edin Dzeko, pemain yang berkebangsaan Bosnia yang saat ini bermain untuk Klub Manchester City.
Selain memberikan Biografi lengkap Edin Dzeko, kami juga menyajikan Profil dan Biodata pemain sepakbola lainnya yaitu dari Biografi Lengkap Alberto Aquilani.
Read More

Saturday, August 13, 2011

Biografi Lengkap Alberto Aquilani

Profil Tim dan Biodata Pemain kali ini masih menyajikan Profil Pemain sepakbola top dunia yang kali ini datang dari Pemain berkebangsaan Italia yang bermain untuk Juventus yaitu Alberto Aquilani. Alberto Aquilani, adalah pemain yang berposisi sebagai Gelandang, Aquilani sempat berbaju Liverpool setelah dibeli dari Klub AS Roma, namun Gelandang 26 tahun ini gagal bersinar, dan dipinjamkan ke Juventus. Alberto Aquilani lahir di Roma, Italia tanggal 7 Juli 1984. Bagi kamu yang ingin mengatahui Profil dari Alberto Aquilani, dan Biografi lengkap dari pemain yang menjadi penentu kemenangan Italia 2-1 atas Spanyol, pada pertandingan persahabatan pekan lalu. Berikut Profile dan Biography dari Alberto Aquilani.


Profil Dan Biodata Lengkap Alberto Aquilani

Nama Lengkap : Alberto Aquilani
Tempat Lahir : Roma, Italia
Tanggal Lahir : 7 Juli 1984
Kebangsaan : Italia
Posisi : Gelandang
Bermain di Klub : Juventus

Demikian sedikit informasi mengenai Biografi dari Alberto Aquilani, yang merupakan Juventus yang dipinjam dari Liverpool.
Selain memberikan Biografi dari Alberto Aquilani, kami juga menyajikan Profil dan Biodata pemain sepakbola ternama lainnya yaitu dari Mario Balotelli Profil Lengkap.
Read More

Tuesday, August 9, 2011

Resensi Buku Outliers (2008) oleh Malcom Gladwell : The Story of Success


Spesifikasi Buku
Judul : Outliers: The Story of Succes
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Pengarang : Malcom Gladwell
Jumlah Halaman : 352 halaman
Ukuran : 135 x 200 mm
Tahun Terbit : Maret 2009
Genre : Pengembangan Diri
Bahasa : Indonesia
ISBN : 978-979-22xxx
Pratinjau : di Google Book (klik di sini)









Resensi Buku

      Mungkin menurut kebanyakan orang, kesuksesan seseorang itu bisa terjadi hanya dengan kerja keras dan kemauan yang kuat, disertai dengan keahlian saja. Namun taukah anda bahwa faktor penentu kesuksesan seseorang itu bukan hanya dari hal-hal tersebut. Masih banyak faktor-faktor lain yang bahkan tidak diperhatikan oleh kebanyakan orang.
      Faktor-faktor itu itu bisa berupa, kesempatan-kesempatan yang didapatkannya yang belum tentu didapatkan oleh orang lain. Kemudian kerja keras yang melebihi 10.000 jam. Hal-hal tersebut dibahas oleh Malcom Gladwell dalam bukunya Outliers.
      Malqom Gladwell telah menulis banyak buku yang sangat mencengangkan para pembaca buku dan mengubah paradigma pembaca mengenai kesuksesan. Diantaranya adalah buku, The Tipping Point, Blink, The Dog, dan Outliers, yang menjadi buku yang dapat membuka mata kita tentang hal-hal yang bahkan belum pernah kita lihat.
      Salah satu buku dari keempat buku tersebut yang akan saya bahas adalah Outliers. Mengutip dari blog pribadinya secara langsung, dia mengatakan bahwa “Outlier” is a scientific term to describe things or phenomena that lie outside normal experience. Arti mudahnya seperti ini,Outliers adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu atau sebuah fenomena yang terjadi diluar kebiasaan yang normal. Jika kita kaitkan dalam ilmu sosiologi manusia, maka manusia bisa dikatakan seorangOutliers ketika ia menjadi seorang individu yang berbeda/unik dibanding individu lainnya. Jadi orang gila maupun orang sukses dapat dikatakan seorang Outliers karena mereka berbeda dari orang kebanyakan. Tapi untuk kali ini, mari kita bahas tentang Outliers yang dikaitkan dengan orang sukses saja.
      Didalam bukunya, Malcolm mencoba mengangkat berbagai realita yang telah terjadi dalam kehidupan manusia, di suatu waktu dan tempat tertentu, untuk menjelaskan bagaimana pandangannya tentang konsep Outliers yang ia fahami. Ia mencoba mengaitkan variabel-variabel tidak terikat (uncontrolled variable) yang mempengaruhi kesuksesan seseorang, yang sayangnya tidak pernah diangkat oleh penulis buku pengembangan diri kebanyakan. Kalau biasanya penulis buku pengembangan diri selalu menonjolkan faktor kecerdasan, kerja keras, serta ambisi sebagai pengantar kisah-kisah orang sukses, maka Malcolm mencoba mengaitkan beberapa variabel tidak terikat kehidupan manusia seperti tanggal lahir, domisi tempat, bahkan ras yang mempengaruhi kesuksesan seseorang.


     Jadi menurut dia, kesuksesan ternyata bisa dipengaruhi oleh tanggal lahir, domisi hidup, dan bahkan ras manusia. Kisah sejati tentang sukses benar-benar berbeda dari apa yang biasa kita baca, dan bahkan jika kita ingin memahami bagaimana perjuangan orang-orang, kita harusnya meluangkan waktu luang lebih banyak untuk mengamati apa yang ada disekeliling mereka ketimbang yang terlihat dipermukaan. Maka adalah salah, jika kita bergerak menuju kesuksesan diri kita tanpa mencoba memahami hal-hal yang ada disekitar kita. Bisa jadi, hal-hal disekitar diri kita inilah yang nanti akan mengantarkan kita ke pintu kesuksesan lebih cepat.
      Singkatnya, Gladwell yakin bahwa keberhasilan The Beatles adalah karena fakta bahwa pada tahun-tahun awal mereka di Hamburg, Jerman, mereka harus bermain set sangat panjang di klub, dalam berbagai macam gaya, yang keduanya membantu mereka untuk mendapatkan waktu 10.000 jam berlatih mereka dan memaksa mereka untuk menjadi kreatif dan unggul dalam bereksperimen. Kemudian Gladwell mencatat korelasi yang aneh antara seorang pilot yang baik dengan budaya asal mereka. Dia mengeksplorasi mengapa kota kecil di Pennsylvania Timur tidak perna terjadi kasus penyakit serangan jantung. Dia menilai bahwa kemampuan masyarakat Cina dalam berhitung yang sangat luar biasa berasal dari warisan budaya hari panjang bekerja di sawah; Gladwell membandingkan orang Cina melalui pepatah 'tidak ada seorangpun yang bisa bangun  sebelum, fajar 360 hari setahun gagal untuk membuat keluarganya kaya' dengan orang Amerika yang meninggalkan lahan pertanian mereka di musim dingin, yang menyebabkan satu tahun sekolah dengan liburan musim panas - sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang berpendidikan baik dapat dikalahkan oleh anak-anak yang berpendidikan kurang yang memberikan mereka materi yang berat setelah liburan musim panas yang panjang. Dia menyatakan kesuksesan Bill Gates dikarenakan kesempatan dia untuk menggunakan komputer pertama kali disaat orang-orang masih sangat susah untuk bisa menggunakannya.
      Masih banyak lagi hal-hal yang tidak pernah kita ketahui dari kesuksesan seseorang dapat dijelaskan dengan fakta-fakta dan sejarah kebudayaan maupun individu di dalam buku Outliers ini yang membuat kita tidak bisa berhenti membaca buku ini. Jadi, jika anda orang yang mengejar kesuksesan, atau orang yang memiliki rasa penasaran mengapa banyak orang-orang bisa sukses dan orang lain tidak, saya sarankan untuk membaca buku ini. Karena buku ini mampu membuat kita membuka paradigma baru dari kesuksesan masa depan.

Gladwell: “Our romantic notion of the genius must be wrong. A scientific genius is not a person who does what no one else can do; he or she is someone who does what it takes many others to do. The genius is not a unique source of insight; he is merely an efficient source of insight.”
Gladwell: "Gagasan kita tentang Jenius pastilah salah. Seorang Jenius Ilmiah bukanlah orang yang bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain; namun, dia adalah seseorang yang bisa melakukan apa yang dibutuhkan oleh orang lain untuk dilakukan. Seorang Jenius bukanlah sumber wawasan yang unik; tapi dia hanyalah sumber wawasan yang efisien."



Daftar Pustaka :
Read More

Sunday, August 7, 2011

Mahasiswa Tidak Lagi Kuliah Karena Pendidikan

      Waktu itu saya pernah di tanya oleh adik tingkat saya yang baru saja masuk di Universitas saya. Dia bertanya, "Kak, prospek kerja jurusan kita apa ya?". Saya dengan gampang menjawab "saya tidak tahu". Jujur saja, saya kuliah bukan karena ingin mencari kerja, atau sengaja mengambil jurusan saya saat ini sebagai batu loncatan saya dalam mencari kerja. Saya kuliah karena saya ingin kuliah. Hanya ingin mencari pengalaman.
      Banyak orang beranggapan bahwa kuliah itu semacam alat untuk mempermudah mereka dalam mencari pekerjaan, agar mereka bisa mengalahkan mereka yang tidak kuliah. Hal semacam itu memang tidak dapat disalahkan. Karena memang banyak perusahaan saat ini menggunakan standar pendidikan, yang bahkan minimal S1. Tentu saja orang berbondong-bondong untuk kuliah karena mengejar pekerjaan, karena takut tidak bisa bersaing dengan mereka yang telah berpendidikan lebih tinggi.
      Pada akhirnya pendidikan hanya sebagai alat untuk mempermudah mereka saja, tanpa memahami makna dan manfaat sebenarnya dari pendidikan tersebut. Padahal pada zaman dahulu, saat pendidikan sangat susah untuk diperoleh, pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan ilmu. Orang-orang berusaha untuk mendapatkan pendidikan agar tidak tertinggal, dari mereka yang telah mendahului mereka dalam mendapatkan pendidikan.
    
Contohnya saja, para nenek moyang kita, pada saat zaman penjajahan Belanda, berjuang dengan susah payah untuk bisa bersekolah di sekolah-sekolah para kolonial Belanda. Mereka tidak dituntut untuk mendapatkan pendidikan agar dapat bekerja. Tapi sebagian besar dari mereka mencari pendidikan untuk sekedar memuaskan rasa ingin tahu. Memang pada saat itu belum ada standar minimum pendidikan untuk melamar pekerjaan. Namun tetap saja, mereka kan belajar atas kemauan mereka sendiri, tanpa ada tuntutan apapun.
      Saya secara pribadi pun menempuh pendidikan saya sampai saat ini hanya karena "rasa ingin tahu" saya yang begitu besar. Saya hanya belajar karena saya ingin tahu. Apapun itu. Saya bahkan tidak pernah memikirkan kemana saya nanti akan bekerja (mohon jangan ditiru). Saya hanya memikirkan sejauh mana pendidikan tersebut dapat memuaskan rasa ingin tahu saya.
      Kalau ditanya mengapa saya mengambil jurusan saya saat ini (yaitu Sosiologi), jawabnya "Saya Tidak Tahu". Saya hanya sekedar ingin mencari pengalaman, mendapatkan pendidikan, mendapatkan teman, membentuk kepribadian, hidup mandiri, dan lain-lain, yang meurut saya itu lebih penting dari pada merisaukan kemana, atau seperti apa, pekerjaan yang akan kita dapat dari kuliah tersebut.
      Saya yakin, meskipun saya tidak melakukan penelitian secara langsung, 80% mahasiswa saat ini, atau bahkan di Kampus saya, lebih merisaukan ke mana pendidikan mereka itu dapat membantu mereka dalam mendapatkan pekerjaan, daripada merisaukan mampukah saya memiliki pengetahuan lebih banyak lagi.
      Orang yang berada di pihak yang menempuh pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan akan membela diri seperti ini, "Kita kan butuh pendidikan minimal S1 untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, agar bisa mendapat penghasilan tetap, dan tentunya akan hidup bahagia dengan kecukupan tersebut, tentu saja pendidikan itu untuk mendapat pekerjaan, jangan munafik-lah". Saya mengakui bahwa pindidikan memang alat untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Namun bukan berarti itulah inti dari manfaat pendidikan. Masih sangat banyak manfaat yang bisa kita ambil dari pendidikan tersebut, jurusan apapun yang anda ambil.
      Pendidikan itu gunanya untuk memberi kita pengetahuan dari apa yang belum kita ketahui, yang menurut saya itu lebih penting dari pada merisaukan nilai yang diperoleh. Saya tidak memaksa anda yang membaca ini untuk mengubah pikiran anda tentang pendidikan. Tapi saya hanya mengingatkan, bahwa 
Pendidikan itu lebih dari sekedar alat untuk mendapatkan uang, namun lebih dari itu, pendidikan bisa membuka pikiran kita dari ketidak tahuan kita mengenai apapun yang terjadi di dunia ini, agar kita tidak menjadi orang yang buta di tengah keluasan dan ketidak terbatasan pengetahuan di dunia ini.
      Kalau masalah pekerjaan, itu tergantung dari anda bisa atau tidaknya menggunakan dan memanfaatkan pengetahuan yang telah diperoleh untuk mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan.
Read More

Mario Balotelli Profil Lengkap

Profil Tim dan Biodata Pemain kembali menyajikan Profil pemain-pemain sepakbola ternama dari seluruh dunia. Profil Pemain kali datang dari Pemain muda Italia yang saat ini bermain untuk Klub Manchester City yaitu Mario Balotelli. Mario Balotelli, adalh pemain muda berbakat yang berposisi sebagai Penyerang, Balotelli adalah pemain berbakat yang memiliki skill diatas rata-rata, namun Mario Balotelli adalah sosok pemain yang tempramental, sering berulah, dan susah diatur, seperti Wayne Rooney ketika baru bermain untuk Manchester United. Pemain yang memiliki nama lengkap Mario Balotelli Barwuah ini, lahir di Palermo, Italia pada tanggal 12 Agustus 1990. Bagi kamu yang ingin mengetahui Profil Mario Balotelli, Perjalanan Karir, Kehidupan Pribadi, dan Biografi lengkap dari mantan pemain Inter Milan ini. Berikut Profile dan Biography lengkap dari Mario Balotelli.


Profil Dan Biodata Lengkap Mario Balotelli

Nama Lengkap : Mario Balotelli Barwuah
Tempat Lahir : Palermo, Italia
Tanggal Lahir : 12 Agustus 1990
Kebangsaan : Italia
Posisi : Penyerang
Bermain di Klub : AC Milan

Profil Pemain

Mario Barwuah Balotelli lahir pada tanggal 12 Agustus 1990 di Palermo, Italia. Pemain berkebangsaan Italia ini terkenal sebagai striker hebat yang punya teknik yang bagus serta dapat bermain di posisi mana saja di bagian depan. Dia juga adalah pengambil set-piece yang bagus.

Balotelli lahir dari pasangan imigran asal Ghana, Thomas dan Rose Barwuah. Pada tahun 1993, saat berusia 3 tahun, keluarga Barwuah setuju untuk diadopsi oleh keluarga Balotelli. Adopsi ini resmi disahkan oleh pengadilan Brescia.

Pada usia 15 tahun, Balotelli mendapat promosi ke tim senior Lumezzane, dan debutnya berlangsung saat melawan Padova di Liga Italia Serie C1. Dia kahirnya dibeli oleh Inter Milan seharga 340 ribu Euro pada musim 2006-2007. Pada tanggal 16 Desember 2007, dia akhirnya bisa melakukan debut pertamanya bersama tim senior ketika menggantikan David Suazo di laga Liga Italia Serie A melawan Cagliari. 3 hari setelah itu dia menjadi pemain inti saat melawan Reggina di Coppa Italia dan mencetak 2 gol dalam kemenangan 4–1.

Pada musim keduanya di tim inti Inter Milan (2008-2009), Balotelli didera beberapa masalah kedisiplinan yang membuat pelatihnya Jose Mourinho tidak memasukkan dirinya dalam tim di putaran kedua musim yang dimulai Januari 2009. Pada awal musim 2008-2009, Mourinho juga menganggapnya kurang serius dalam berlatih.

Pada tanggal 7 Agustus 2007, 5 hari sebelum ulang tahunnya ke 17, dia mendapat panggilan untuk bergabung dengan tim nasional Ghana dari pelatih Claude Le Roy untuk berlaga di laga persahabatan melawan Senegal di New Den Stadium di London, Inggris yang berlangsung pada tanggal 21 Agustus 2007. Tetapi dia menolaknya, agar bisa menjaga peluangnya memperkuat tim nasional Italia begitu dia berhasil mendapatkan paspor Italia.

Pelatih tim Italia U-21, Pierluigi Casiraghi, kemudian memanggilnya untuk bergabung setelah Balotelli mendapatka kewarganegaraan Italia pada tanggal 13 Agustus 2008. he was awarded the Italian citizenship and has stated in a press conference on the same day his desire to play for the Italy under-21 team. Pada tanggal 29 Agustus 2008, Casiraghi resmi memanggilnya untuk memperkuat Italia melawan Yunani dan Kroasia. Gol internasional pertamanya terjadi saat melawan tim Yunani U-21.

Demikian sekilas mengenai Profil dan Biografi dari Mario Balotelli, pemain muda Italia yang kini bermain untuk Klub Manchester City.
Selain memberikan Profil lengkap Mario Balotelli, kami juga menyajikan Profil dan Biodata pemain sepakbola ternama lainnya yaitu dari Profil Lengkap Kevin-Prince Boateng.
Read More

Profil Lengkap Kevin-Prince Boateng

Profil Tim dan Biodata Pemain kembali menyajikan Profil Pemain yang kali ini datang dari Pemain AC Milan asal Ghana yaitu Kevin-Prince Boateng. Kevin-Prince Boateng adalah pemain keturunan Jerman, yang berposisi sebagai pemain tengah. Permainan bagusnya bersama Timnas Ghana pada Piala Dunia 2010 lalu, membuat I Rossoneri tertarik untuk mendatangkannya dari Genoa. Dan hasilnya, Boateng menunjukkan kapasitasnya sebagai pemain yang konsisten, dan cepat beradaptasi dengan gaya bermain AC Milan. Kevin-Prince Boateng lahir di Berlin, Jerman 3 Juni 1987. Bagi kamu yang pensaran ingin mengetahui Profil Kevin-Prince Boateng, dan perjalanan karir dari pemain AC Milan berkebangsaan Ghana ini. Langsung saja kita simak Profile dan Biography lengkap dari Kevin-Prince Boateng.


Profil Dan Biodata Lengkap Kevin-Prince Boateng

Nama Lengkap : Kevin-Prince Boateng
Tempat Lahir : Berlin, Jerman
Tanggal Lahir : 3 Juni 1987
Kebangsaan : Ghana
Posisi : Pemain Tengah
Bermain di Klub : AC Milan

Perjalanan Karir

Karir Senior

2004–2007 Hertha BSC II | tampil (29) | gol (5)
2005–2007 Hertha BSC | tampil (42) | gol (4)
2007–2009 Tottenham Hotspur | tampil (14) | gol (0)
2009→ Borussia Dortmund (loan) | tampil (10) | gol (0)
2009–2010 Portsmouth | tampil (22) | gol (3)
2010–2011 Genoa | tampil (0) | gol (0)
2010–2011 Milan (loan then co-ownership) | tampil (26) | gol (3)
2011– Milan | tampil (0) | gol (0)

Timnas

2001–2002 Germany U-15 | tampil (4) | gol (1)
2002–2003 Germany U-16 | tampil (10) | gol (3)
2003–2004 Germany U-17 | tampil (10) | gol (1)
2004–2005 Germany U-19 | tampil (9) | gol (4)
2005–2006 Germany U-20 | tampil (2) | gol (0)
2006–2007 Germany U-21 | tampil (6) | gol (0)
2010– Ghana | tampil (9) | gol (1)

Demikian sekilas mengenai Profil Kevin Prince Boateng serta Perjalanan Karir sepakbolanya, bersama Klub maupun Tim Nasional.
Selain memberikan Profil Lengkap Kevin Prince Boateng, kami juga menyajikan Profil dan Buodata pemain sepakbola ternama lainnya yaitu dari Muhammad Ilham Biodata Lengkap.
Read More

Tuesday, August 2, 2011

Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Cerita Singkat
            Kisah dimulai dengan kehidupan Muluk dan sang ayah, Makbul. Sudah dua tahun Muluk lulus dari bangku kuliah, tapi selama itu, Muluk masih saja menganggur. Padahal ia ingin sekali punya pekerjaan yang bisa ia banggakan pada sang ayah.
Suatu hari, Muluk tanpa sengaja memergoki anak jalanan yang sedang mencopet. Muluk pun berkenalan dengan pencopet cilik itu, Komet, namanya. Berawal dari perkenalan dengan Komet, Muluk akhirnya tahu bahwa masih banyak anak-anak sebaya Komet yang berprofesi sebagai pencopet. Tak cuma berkenalan dengan pencopet-pencopet cilik, Muluk juga berkenalan dengan Jarot, bos para anak-anak jalanan pencopet ini. Selama ini Jarot mengorganisir anak-anak jalanan pencopet ini dengan rapi, bahkan ia membaginya dalam 3 kelompok, pencopet angkot, pencopet mall dan pencopet pasar.
Melihat kehidupan lain anak-anak jalanan, muncul ide di kepala Muluk. Ia menawarkan diri pada Jarot untuk mengelola keuangan para pencopet cilik ini dan mendidik mereka. Untuk itu, Muluk meminta imbalan 10% dari hasil mencopet.

Kedekatan Muluk dengan para pencopet cilik ini, lama-lama membuat hati Muluk tergerak untuk mengubah nasib anak-anak jalanan ini. Ia pun mengajak dua temannya, Syamsul dan Pipit untuk bersama-sama mendidik para anak-anak jalanan dan mengubah pola pikirnya agar tak lagi jadi pencopet.
       Dan pada saat Muluk, Syamsul, dan Pipit mendidik para pencopet itu, ayah Muluk dan ayah Pipit ingin mendatangi tempat bekerja mereka. Dan pada saat ayah-ayah mereka dating dan mendapati ternyata pekerjaan anak mereka adalah mendidik para pencopet, ayah-ayah mereka itupun tidak setuju dengan pekerjaan mereka karena ayah-ayah mereka menggap mereka itu telah memakan uang haram. Padahal pada saat itu mereka memutuskan untuk berubah dari profesi mencopet mnjadi pengasong.
Setelah akhirnya Muluk, Syamsul, dan Pipit memutuskan untuk berhenti mendidik mereka, sebagian dari mereka memutuskan untuk tidak jadi mengasong dan tetap mencopet, dan sebagian lagi memutuskan untuk mengasong.
Di akhir cerita Komet dan kawan-kawan yang sedang mengasong dikejar-kejar oleh Polisi Pamong Praja (POL-PP) karena melanggar Peraturan Daerah untuk dilarang mengasong di jalanan. Namun, pada saat itu ada Muluk yang dating untuk menghalangi POL-PP untuk menangkap anak-anak itu, dan akhirnya Muluk yang dibawa oleh POL-PP.

Analisis Film
            Film ini menunjukkan salah satu potret Indonesia yang cukup ironis. Di satu sisi orang menggap pencopet adalah perbuatan kejahatan yang susah untuk dimaafkan. Namun di sisi lain, mereka mencopet hanya sekedar untuk mencari makan. Dan disaat mereka sedang berusaha untuk mengubah nasib mereka menjadi pengasong, mereka pun dilarang untuk berjualan di pinggir jalan. Padahal mereka hanya ingin mencari nafkah yang halal.
            Sungguh ironis negeri ini, dan kalau dipikirkan lagi alangkah lucunya negeri ini. Disaat banyak orang kelaparan hingga menghalalkan segala cara untuk mencari makan, para pejabat dengan suka cita berfoyah-foyah dan bahkan banyak diantara mereka Korupsi uang rakyatnya sendiri, yang diibaratkan dalam film ini, pencopet yang berpendidikan.
            Selain masalah keuangan dan mencopet, ada masalah lain yang disinggung di film ini. Yaitu masalah Pendidikan. Di film ini diperdebatkan penting atau tidakkah pendidikan itu bagi kehidupan. Karena ada yang beranggapan bahwa masih banyak yang tetap mendapat pekerjaan meski tidak sekolah atau tidak lulus sekolah.
           Menurut saya, penting atau tidaknya pendidikan itu tergantung dari individunya sendiri bias atau tidaknya memanfaatkan ilmu yang telah didapat saat menempuh pendidikan di bangku sekolah dan kuliah. Jika kita bias memanfaatkannya, kita bias mendapat manfaat dari pendidikan itu, tapi jika kita tidak bias memanfaatkannya, maka pendidikan itu tidak penting.
Read More

Sejarah Gerakan Perempuan Indonesia Sebelum Kemerdekaan

Politik Etis Adalah Pedang Bermata Dua
      Pada awalnya ia dimaksudkan untuk meninggikan daya beli rakyat Hindia Belanda, serta menghasilkan buruh-buruh murah dan birokrat rendahan yang cukup terdidik dari rakyat tanah jajahan. Ternyata, pembukaan sekolah-sekolah belanda untuk elite pribumi dan para ningrat kelas dua seperti Soekarno, menghasilkan sekumpulan orang-orang muda berpendidikan barat yang nantinya akan menjadi tulang punggung gerakan pembebasan nasional.

      Perkebunan dan sawah-sawah lalu disirami dengan air dari bendungan irigasi yang dibangun oleh penjajah belanda. Para pemuda kitapun berbondong-bondong memasuki sekolah rakyat, HIS, MULO dan HBS, hingga sekolah dokter (STOVIA), dan sekolah guru (kweekschool). Pencerahan datang. Buku-buku berbahasa belanda dan Inggris membuka mata dan hati tenntang perjuangan pembebasan nasional diseluruh negeri dibumi ini. Pencerahan menggugat orang-orang muda untuk berkumpul, bicara, berdiskusi dan menentukan. Lahirlah organisasi. Berdiri Budi Utomo, 1908.


      Namun, jauh sebelum sejumlah priyayi terdidik jawa mengumumkan Budi Utomo, perjuangan melawan belanda telah dimulai dimana-mana. Bukan untuk pembebasan Indonesia, karena ia belum lahir sebagai sebuah realitas, tetapi untuk membebaskan tanah leluhur, gunung-gunung, bukit, sungai, pulau dan rakyatnya. Diakhir abad ke-19, perempuan-perempuan muda terlibat dalam perjuangan bersenjata melawan penjajah. Sebatas membantu suami pada awalnya, tetapi kemudian sungguh-sungguh menjadi pemimpin pasukannya. Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia, Chistina Martha Tiahahu bersama Kapitan Pattimura, Emmy Saelan mendampingi Monginsidi, serta Roro Gusik bersama Surapati. Lalu ada Wolanda Maramis dan Nyi Ageng Serang. Gagasan kesetaraan gender belum ada, dan sama sekali belum menjadi kesadaran. Namun yang menarik adalah kebanyakan dari para perempuan ini adalah juga kaum bangsawan, para ningrat dengan status sosial lebih tinggi dibandingkan para “kawula” yang bertelanjang dada itu dan coklat hitam itu. Ini bisa dipahami, karena beberapa memilih angkat senjata sebab tanah-tanah keluarganya diserobot oleh kompeni. Terusik, karena pemilikannya terganggu. Tak perlu masuk sekolah belanda untuk membangun gerakan nasional, para perempuan ini angkat senjata dengan gigih, dan membayar nyawanya ditiang gantungan seperti Tiahahu.

Kartini
      Lalu, beberapa belas tahun sebelum Budi Utomo hadir, Kartini yang manis itu telah menulis surat-suratnya. Menyala-nyala dengan cita-cita dan keingina untuk belajar dan bebas, kartini harus menerima kenyataan hanya disekolahkan hingga usia 12 tahun. Bahasa belanda telah dikuasai, maka energi, gairah, kekecewaan dan angan-angannya disalurkan lewat surat-suratnya—yang mengejutkan—begitu indah dan puitis. Berbagai literatur yang memuat tulisan tentang Kartini menyatakan bahwa, gagasan-gagasan utama Kartini adalah meningkatkan pendidikan bagi kaum perempuan, baik dari kalangan miskin maupun atas, serta reformasi sistem perkawinan, dalam hal ini menolak poligami yang dianggap merendahkan perempuan. Namun dalam Panggil Aku Kartini Saja yang ditulis oleh Pramoedya tergambar bahwa gagasan dan cita-cita Kartini lebih dalam. Lebih tinggi dan lebih luas daripada sekedar mencerdaskan kaum perempuan dan memperjuangkan monogami (meskipun hal ini sentral dari praktek perjuangan). Kartini, bagi Pram adalah feminis yang anti kolonialis dan anti feodalisme. Hingga ketulang sum-sumnya.

      Surat-suratnya kepada Stella Zeehandelaar, seorang feminis sosialis dari belanda, banyak yang telah dihancurkan. Justru percakapan tertulis dengan Stella-lah yang banyak membuka mata dan hati kartini terhadap masalah perempuan dan pembebasannya. Juga memahat secara perlahan-lahan penolakan akan dominasi golongan feodal terhadap rakyat kecil. Surat kartini yang secara khusus membahas buku AugusteBebel de Vrouw en Sosialisme dihapus oleh Abendanon karena kepentingan kolonialnya. Kartini banyak menerima buku-buku progresif semacam ini dari sahabatnya H.H van kol, seorang sosialis demokrat anggota Tweede Kamer. Mungkin dari surat-surat itu, gambaran yang lebih utuh tentang pikiran-pikiran politik putri jepara yang tak ingin dipanggil dengan gelarnya itu, bisa lebih utuh. Pram mampu memberikan perimbangan kepada distorsi yang telah merajalela selama ini terhadap sosok kartini—mulai dari mitosisasi Kartini, hingga reduksi terhadap gagasan-gagasannya.

      Satu hal yang juga perlu dicatat adalah saat Kartini menulis suratnya, sentimen nasionalisme yang terorganisir belim muncul. Organisasi pertama kaum buruh SS Bond, baru hadir tahun 1905, setahun setelah kematian Kartini. Tradisi menggunakan media surat kabar dan terbitan untuk menyebarluaskan propaganda, belum timbul. Karya jurnalisme awal dari sang pemula (Tirto Adhi Suryo), Medan Prijaji, baru terbit tahun 1906. referensi dari gagasan-gagasan orisinil Kartini berasal dari berbagai literatur berbahasa belanda yang dibaca kartini dalam masa pingitannya, serta korespondensinya dengan khususnya Stella.. adalah satu hal luar biasa bahwa kartini yang sendirian, terisolasi dan merasa sunyi itu mampu membangun satu gagasan politik yang progresif untuk zamannya, baik menyangkut kaum perempuan maupun para kawula miskin tanah jajahan. Gagasan-gagasan ini lalu diikuti oleh beberapa tokoh perempuan lainnya, seperti dewi sartika dan Rohina Kudus. Namun, Kartini tetaplah Sang Pemula, yang mengawali seluruh tradisi intlektual Gerakan Perempuan Indonesia, berikut gagasan paling awal dalam melihat ketertindasan rakyat dibawah feodalisme dan kapitalisme. Nasib tragis Kartini menjadi salah satu petunjuk bahwa tak ada jalan baginya untuk membangun perjuangan dengan cara lain yang lebih kuat dan efektif. Zaman berorganisasi belum terbit.

Pembebasan Nasional
     Alangkah besarnya sumbangan yang diberikan oleh Gerakan Pembebasan Nasional kepada perkembangan gerakan perempuan. Disatu sisi, berbagai oarganisasi nasional maupun partai politik saat itu berupaya membangun sayap perempuannya sendiri, ataupun mendukung dan didukung oleh perjuangan perempuan disatu sektor atau kelas tertentu. Disisi lain, perkembangan gerakan berbasis agama seperti muhammadiyah, turut pula membentuk polarisasi dalam gerakan perempuan. Berbagai jurnalisme pun bertebaran, bukan hanya dalam belanda, tetapi terutama dalam bahasa melayu. Gairah nasionalisme tengah mencari jalan memodernisasi dirinya.

     Saat Sarekat Dagang Islam mengubah namanya menjadi Sarekat Islam, bulan september 1912, maka watak organisasi pun berubah. Dari yang semula didominasi oleh kaum borjuis kecil pedagang batik kelontong Solo dan sekitarnya yang mengorganisir diri untuk menghadapi pedagang Cina, kini keanggotaanya menjadi lebih massif, lebih terbuka, dan konsekuensinya, lebih politis. Alasan-alasan komersial yang melandasi pendiriannya dulu telah memudar, karena muncul kebutuhan rakyat jajahan, khususnya di pedesaan, akan wadah untuk melakukan perlawanan. Meski arus perlawanan ini coba terus ditahan-tahan oleh para pemimpin SI yang kebanyakan berhaluan Islam modernis, agak mistik meski berpaham liberal.

     Hingga Sneevliet mendarat tahun 1913, belum ada gerakan kiri di Indonesia seperti sebuah titik ditengah jutaan mil samudera, dimana puluhan negeri- negeri lainpun tengah memperjuangkan harga diri dan kemerdekaan. Cikal bakal Partai Komunis Indonesia, ISDV (Perempuan Sosial Demokrat Hindia Belanda) didirikan di tahun 1914. Semaoen yang masih sangat muda pada waktu itu, merupakan salah satu kadernya yang bersemangat dalam mengorganisir SI semarang, meski tak cukup punya uang untuk masuk sekolah Belanda. Desakan-desakan dan pengaruh kelompok kiri ditubuh SI terus membesar, dan para pimpinan moderatnya mulai kehilangan kontrol atas SI. Tahun 1921, banyak cabang SI yang membelot ke SI merah pimpinan Semaoen. SI Merah lalu menjadi SI Rakyat.

     Salah satu persoalan yang membuat pertikaian tajam dalam tubuh SI adalah desakan kelompok kiri untuk mengorganisir dan membela kaum buruh dan tani. Jajaran pimpinan SI menolak memberi dukungan bagi militansi perlawanan kaum buruh dan tani, yang sebagiannya adalah perempuan. Namun, aksi-aksi buruh, khususnya buruh trasportasi dan perkebunan, serta aksi kaum tani terus bergolak. Sarekat rakyatpun mengorganisir berbagai demontrasi politik buruh perempuan menuntut kenaikan upah, penghapusan buruh anak, perpanjangan kontrak maksimum, uang pensiun dan perlindungan kerja. Salah satu aksi buruh perempuan pada tahun 1926 yang diorganisir SR di semarang adalah aksi “caping kropak”, dimana para buruh perkebunan perempuan berunjukrasa menuntut kesejahteraan dengan menggunakan topi bambu.

     Gerakan perempuan kelas bawah yang diorganisir SI merah (kemudian SR) berada dalam posisi yang bertentangan dengan Aisyah, sayap perempuan muhammadiyah. Muhammadiyah dan aisyah yang kebanyakan anggotanya adalah tani kaya, istri tuan tanah dan borjuis kecil jogya dan solo itu berada dalam kepentingan yang berseberangan dengan SR, yang kebanyakan anggotanya adalah buruh perempuan miskin dan tani papa. Ini merupakan awal dari pertentangan laten yang tak terdamaikan antara gerakan perempuan sayap kiri dengan kaum perempuan islam dimasa mendatang. Perbedaan tajamnya bukan hanya berdasarkan pada kepentingan kelas yang direpresentasikan oleh masing-masing kelompok, namun juga untuk isu-isu seperti poligami dan keterlibatan aktif perempuan sebagai pimpinan politik.

     Pemberontakan 1926 membawa banyak korban dari para aktivis perempuan. Kali ini bukan karena sekedar membantu suami, namun disebabkan kegiatan mereka sendiri. Sukaesih dan Munasiah dari jawa barat, bersama dengan kawan-kawan mereka yang lain, dikirim ke kamp konsentrasi belanda di digul atas. Kebanyakan aktivis perempuan ini adalah anggota dari Sarekat Rakyat ataupun PKI yang berdiri tahun 1922. penjajah belanda yang sudah lama menanti- nanti saat yang tapat untuk menghancurkan kaum radikal, melakukan pembersihan terhadap tokoh-tokoh SR dan PKI saat itu, termasuk para perempuannya. Tokoh-tokoh ini tidaklah populer seperti kartini. Publikasi kartini diperkenankan dan difasilitasi oleh pemerintah belanda karena saat itu mereka membutuhkan bukti untuk menunjukkan sukses pelaksanaan politik etisnya di tanah jajahan, dengan mengusung pameran intlektualitas dan kehalusan tulisan si Putri Jepara. Meski demikian, perjuangan dkk., sangat konkrit dan revolusioner, karena bukan hanya berbicara tentang pembebasan kaum perempuan, tetapi juga perjuangan untuk sosialisme, dengan kemerdekaan sebagai jembatannya. Munasiah, misalnya dalam sebuah kongres perempuan di semarang menyatakan bahwa: “ Wanita itu mataharinya rumah tangga, itu dulu! Tapi sekarang perempuan jadi alatnya kapitalis. Padahal sejak zaman mojopahit, wanita sudah berjuang. Sekarang adanya pelacur, itu bukan salahnya wanita. Tapi salahnya kapitalisme dan imperialisme!”

     Terlepas dari perbedaan latar belakang ideologi yang dianutnya, beberapa hal penting patut jadi kesimpulan. Gagasan-gagasan feminis, berikut praktek hingga pembentukan organisasi-organisasi perempuan selama masa periode pertama gerakan perempuan Indonesia ini, ternyata pada umumnya muncul sebagai inisiatif dari kalangan perempuan menengah keatas. Mulai dari Kartini, Dewi Sartika, Putri Mardhika (yang dekat dengan budi utomo), hingga aisyah. Hanya sayap perempuan dari Sarekat Rakyat-lah yang sungguh-sungguh mengabdikan dirinya dalam pengorganisasian dan membangun radikalisasi perempuan miskin. Persoalan-persoalan yang diangkatpun, oleh karenanya lebih banyak menyangkut hal yang menguntungkan ataupun dapat diakses oleh perempuan menengah keatas, seperti permaduan, perdagangan anak dan kesetaraan pendidikan. Perempuan buruh dan tani telah jauh sebelumnya terlibat dalam carut marut proses produksi keji kaum kolonial semacam tanam paksa, mengalami ketertindasan dan terhina dirinya sebagai kelas proletar. Ini mirip dengan gerakan perempuan amerika dan eropa di abad ke-18, yang memfokuskan tuntutannya pada hak untuk memilih dan dipilih (universal suffrage). Meski demikian, seminimal apapun pengaruhnya baik mayoritas kaum perempuan dikelas bawah, gerakan perempuan menengah ini telah mampu membuka jalan dan peluang bagi perjuangan kaum perempuan selanjutnya.

Periode Kedua Gerakan Perempuan
      Saskia wireringa, seorang feminis indonesia yang berdiam di belanda, menyebutnya sebagai periode kedua. Tidak dijelaskan apa yang melandasi timbulnya pembagian waktu demikian. Namun kelihatannya, pasca kehancuran PKI dan gerakan kiri 1926, ada upaya untuk mengorganisasi gerakan secara berbeda dari sebelumnya. Harus juga dilihat bahwa situasi gerakan pembebasan nasional saat itu, secara fisik dan terutama intlektual, mulai tumbuh dewasa. Perbedaan-perbedaan ideologis terumuskan dan terbaca jelas mulai strategi dan taktik yang dimunculkan, baik oleh PKI, PNI, PI, dan berbagai wadah lainnya. Tokoh-tokoh yang menjadi magnet dari gerakan ini mulai muncul dan mendapatkan tempatnya sendiri-sendiri dihati dan telinga rakyat. Namun kemajuan yang paling terang benderang adalah, dipergunakannya partai politik sebagai alat perjuangan untuk merebut kekuasaan dan membebaskan Indonesia. Zaman berpolitik ala Sarekat Islam, saat Tjokroaminoto meninabobokkan orang miskin tentang ratu adil dan menjebloskan agama semakin dalam kejurang mistik, telah lunglai cahayanya. Ini zaman baru. Zaman dimana teori-teori kiri, pemikiran sosial demokrat, nasionalisme dan gagasan-gagasan liberal, bahkan fasisme, menjadi bahan debat sengit dikalangan para inlander terdidik, berjas dan berdasi.

      Otomatis, gerakan perempuan pun menyesuaikan dinamikanya dengan perkembangan ini. Nasionalisme menjadi gagasan yang diterima seluruh kekuatan politik yang ada, sehingga konsepsi persatuan menjadi lebih mudah untuk diwujudkan. Maka, Kongres Perempuan Indonesia nasional pertama diadakan di yogyakarta pada bulan desember 1928, setelah Sumpah Pemuda. Dihadiri oleh hampir 30 organisasi perempuan, kongres ini merupakan fondasi pertama gerakan perempuan, dan upaya konsolidasi dari berbagai perempuan yang ada.

     Kongres pertama ini menghasilkan federasi organisasi perempuan bernama Persatoean Perempoean Indonesia (PPI), yang setahun kemudian diubah menjadi PPII (Perikatan Perhimpunan Istri Indonesia). PPII sangat giat dibidang pendidikan dan membentuk panitia penghapusan perdagangan perempuan. perbedaan tajam dengan kelompok islam poligami tetap timbul dan tak terdamaikan. 

      Mayoritas peserta Kongres datang dari perempuan kalangan atas, meskipun organisasi perempuan kiri mulai mewarnai. Kongres Perempuan II di Jakarta (1935) dan Kongres III di Bandung (1938) menunjukan kecenderungan yang semakin populis dari gerakan perempuan. Orientasi kepada perempuan kelas bawah mulai menguat, meski dalam hal program tidak selalu konsisten. Yang memilukan adalah tidak ada satupun organisasi yang tergabung dalam Kongres Perempuan Indonesia (KPI) mengeluarkan pernyataan terbuka menolak dan melawan penjajahan kolonial, kecuali Sarekat Rakyat dan Istri Sedar. Kedua kelompok ini secara konsisten mendorong agar kaum perempuan terlibat dalam perjuangan kemerdekaan. Seperti yang diucapkan Soekarno pada 1932 : “Saat ini perjuangan kaum perempuan yang terpenting bukanlah demi kesetaraan, karena dibawah kolonialisme laki-laki juga tertindas. Maka, bersama-sama dengan laki-laki, memerdekakan Indonesia. Karena hanya dibawah Indonesia yang merdekalah, kaum perempuan akan mendapatkan kesetaraannya”. Ditengah-tengah ombak besar nasionalisme yang siang malam menyerbu mimpi-mimpi para pemuda, mayoritas kelompok lainnya memfokuskan diri semata pada pendidikan, pemberantasan buta huruf dan soal-soal keperempuanan. Meskipun hal ini juga amat penting, namun tampa keterlibatan dalam perjuangan kemerdekaan, semua persoalan kesetaraan akan gagal menghasilkan pembebasan dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun.

Nasiolanisme vs Feminisme?
      Menurut sejumlah sejarawan feminis seperti Sakia Wieringa, sejak kongres 1928, telah terjadi tarik menarik antara kepentingan nasionalisme dan feminisme. “Persatuan Nasional” diatur diatas landasan berfikir patriarki yang masih kental, sehingga pandangan tentang konsepsi kesetaraan menjadi pragmatis, sama sekali tak mendalam. Patriarki “disembunyikan”, menjadi sekunder dan samar dalam keteguhan praktek politik membebaskan barat dan laut Indonesia, karena ada prioritas-prioritas perjuangan yang lebih penting.

      Disatu sisi, pandangan ini tidak sepenuhnya tepat. Kongres Pemuda bulan Mei pada tahun yang sama (yang menelurkan Sumpah Pemuda), sesungguhnya telah memasukkan butir mengenai “pentingnya kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan persatuan nasional”, dari keseluruhan enam butir topik yang dibahas. Meski demikian, seluruh konsepsi tentang kesetaraan saat itu memang tersubordinasi dibawah kepentingan nasionalisme dan persatuan. Kemudian dalam Kongres Pemuda 1928, juga ada alokasi satu sessi khusus untuk membicarakan persoalan perempuan. Beberapa pembicara seperti M. Tabrani, Bahder Johan, Djaksodipoero dan Nona Adam pun memiliki pandangan yang cukup maju dalam mengkaitkan persoalan perempuan dan kemerdekaan. Meskipun dalam praktek, kesetaraan belum tentu dapat dilaksanakan.

      Namun disisi lain kesenjangan memang terjadi karena masih lemahnya kemampuan gerakan perempuan saat itu untuk membangun suatu konsep perjuangan perempuan yang menyeluruh. Juga disebabkan basis massa yang masih kecil dan belum terpolitisasi dari kalangan perempuan, ditengah gerakan anti penjajahan yang menggelembung. Hanya sarekat rakyat dan istri sedar-lah kelompok perempuan yang pada waktu itu secara terbuka menolak kolonialisme dan kapitalisme. Mungkin “tarik-menarik” bukanlah istilah yang cepat, mengingat posisi gerakan perempuan memang  belum semassif, sepolitis dan seefektif gerakan anti kolonial. Konsekuensinya, kesetaraan lebih dilihat sebagai tahap yang harus dibenahi demi konsolidasi persatuan nasional, ketimbang sebagai satu hak politik dan ekonomi kaum perempuan seutuhnya.

      Jika melihat pengalaman gerakan perempuan Amerika Serikat dan Perancis, kedua-duanya pun timbul dan termotivasi dalam situasi revolusioner yang diciptakan oleh gerakan pembebasan nasional melawan inggris dan Revolusi Borjuis Perancis 1789. harus dilihat bahwa gerakan perempuan tidak timbul dan berkembang sendirian, ia adalah reaksi terhadap perkembangan masyarakat dan relasi produksinya. Maka, dalam perjalanan feminisme tidak mungkin dikontradiksikan dengan arus besar nasionalisme anti kolonial, gerakan anti imperealisme dijaman Soekarno, ataupun gerakan demokrasi dan anti neolibralisme dimasa sekarang.

     Setelah Kongres Perempuan tahun 1928 itu, muncul organisasi-organisasi perempun yang radikal dalam menentang poligini (perceraian sepihak oleh laki-laki), poligami, perkawinan anak perempuan, dan berpendirian nonkooperatif terhadap Pemerintah Kolonial, seperti Isteri Sedar. Muncul pula “sekolah- sekolah liar”, yang menolak subsidi kolonial. Di sekolah-sekolah ini ditanamkan semangat cinta Tanah Air dan cita-cita kemerdekaan. Belakangan Istri Sedar menjelma menjadi Gerwis, yang merupakan cikal bakal Gerwani nantinya.

     Tidak banyak tersedia data tentang para tokoh perempuan yang telibat dalam gerakan bawah tanah melawan fasisme Jepang. Berbagai organisasi pemuda seperti Gerindo, AMI, Angkatan Muda Minyak, PRI dan terakhir Persindo (1945). Namun data tentang keterlibatan kaum perempuan dalam wadah dan laskar-laskar itu sering disebut hanya selintas saja dalam banyak literatur. Yang cukup menonjol adalah keberadaan GWS (Gerakan Wanita Sosialis), organisasi perempuan dari simpang kiri gerakan. Banyak anggota GWS saat itu yang ditangkap dan dibunuh Nippon karena berani terlibat dalam gerakan bawah tanah melawan fasisme Jepang.
Read More

Monday, August 1, 2011

Perkembangan Teknologi Komunikasi

 Pendahuluan
      Kata Teknologi berasal dari asal kata latin Texere yang berarti to weave (menenun) atau to construct (membangun) (Rogers, 1986). Kata Teknologi tidak hanya terbatas kepada pengguna mesin-mesin, meskipun dalam pengertian sempit sering digunakan keterkaitan teknologi dan mesin dalam bahasa sehari-hari.
Technology is a design for instrumental action that reduces the uncertainly in the course-effect relationships invalved in achieving a desired outcome.
Sebuah teknologi biasanya terdiri dari aspek Hardware (perangkat keras) dan Software(Perangkat Lunak). Salah satu jenis teknologi adalah Teknologi Komunikasi


Teknologi Komunkasi dan Bahasa 
      Teknologi Komunikasi adalah peralatan perangkat keras; struktur-struktur organisasional dan nilai-nilai sosial yang dikoleksi, diproses dan menjadi pertukaran informasi individu-individu dengan individu-individu lainnya.
      Teknologi Komunikasi diawali sejarah manusia seperti ditemukannya bahasa lisan dan bahasa tulisan dalam bentuk photographs yang ditulis pada dinding gua-gua.
      Teknologi Media (secara potensial dapat mencapai khalayak massa) berasal dari Cloy Robberts (Tulisan pada lembaran-lembaran tanah liat) dalam peradaban awal seperti bangsa Sumeria di daerah Sungai Eirpat dan Sungai Tigris serta Bangsa Mesir



Kompetensi
Kompetensi insan komunikasi dalam Teknologi Komunikasi :
  1. Users (Pengguna) teknologi komunikasi. Sebagai users, maka insan komunikasi sebagai ilmuwan sosial harus berbasis teknologi komunikasi.
    Content of Technology pada teknologi komunikasi
  2. Content of Technology, misalnya teknologi komunikasi berbentuk televisi atau media online, maka yang mengisinya adalah orang komunikasi, seperti program berita pada televisi atau cyber communication pada media online (internet).
  3. Riset dampak sosial teknologi komunikasi. Kemampuan meneliti dampak sosial teknologi komunikasi harus dimiliki oleh orang komunikasi seperti meneliti dampak sosial pengguna play station terhadap perilaku belajar anak sekolah dasar.
         
       Menurut Alvin Toffler, tiga gelombang peradaban manusia terdiri dari era pertanian, industri dan era informasi / komunikasi (lihat Rogers 1986 ; Alisyahbana dalam Yulian, dkk (2001) .

  1. Gelombang pertama (800 SM-1500 M) adalah gelombang pembaruan dimana manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian yaitu manusia berubah dari kebiasaan berpindah-pindah yang menetap disatu tempat. Ciri masa ini adalah penggunaan “baterai alamiah” yang dapat menyimpan energi yang dapat diperbaharui dalam otot-otot binatang, hutan, air terjun, angin atau langsung dan matahari, banyak sekali menggunakan kincir air dan kincir angin.
    Gelombang Peradaban Manusia
     
  2. Gelombang kedua (1500 M-1970 M) adalah masyarakat industri, sebagai “manusia ekonomis” yang rakus yang baru lahir dari Renaissance (pencerahan di Eropa). Adam Smith dengan bukunya The Wealth of Nations dari Charles Darwin dengan bukunya The Origin of Species mewarnai budaya renaissance.Imprialisme dan kolonialisme di gelombang kedua ini merupakan interpretasi yang salah dari Teori Darwin, terutama ideologi Social Darwinism dan Herbert Species ; The Mights is always Rights.
    Gelombang kedua ini berbudaya produk massa, pendidikan massa, komunikasi massa dan media massa.
    Budaya Iptek tumbuh dengan pesat
    Terjadi urbanisasi dan pembangunan kota besar, penggunaan energi yang tidak dapat diperbaharui dan polusi yang menyebabkan kerusakan lingkungan hidup.
     
  3. Gelombang ketiga (1970-2000 M) adalah masyarakat informasi dengan ciri-ciri :
  • Kelangkaan bahan bakar fosil ; kembali ke energi yang dapat diperbaharui
  • Proses produksi yang cenderung menjadi produksi massa yang terkonsentrasi
  • Terjadinya deurbanisasi dan globalisasi karena kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
  • Peradaban gelombang ketiga merupakan Sintesa dari gelombang pertama (tesa) dan gelombang kedua (antitesa).
  • Dalam gelombang ketiga ini kadang disebut sebagai Knowledge Age, dengan digunakannya satelit telekomunikasi, kabel optik dalam jaringan internet, masyarakat mampu berkomunikasi online.
  • Era Komunikasi dan Informasi Masa Puncaknya era komunikasi dan informasi akan segera tercapai 10-20 tahun kedepan.

      Open Society (Struktur Masyarakat Terbuka/ umumnya para anggota masyarakat berusaha dan bekerja keras untuk menaikkan statusnya didalam masyarakat. Mereka bersaing dan bekerjasama untuk dapat naik ke lapisan atas berikutnya sesuai dengan sistem kompetisi dan korporasi yang sudah dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
     Lima Gelombang peradaban baru akan bergantian atau pun kadang-kadang bersamaan mendominasi budaya masyarakat dunia selanjutnya :
  1. Era Industri Rekreasi (Hospitality, Recreation, Entertainment) yang akan mendominasi budaya pada tahun 2015 M.
  2. Era Bioteknologi (Bioteknologi, genetics, Cloning) yang akan mendominasi budaya dunia pada kira-kira tahun 2001 M.
  3. Era mega material (Quantum Physics, Nanotechnology high pressure physics) yang akan mendominasi dunia kira-kira tahun 2200 M dan 2300 M.
  4. Era Atom Baru (fusion, lossers,hydrogen and helium isopes) yang akan mendominasi budidaya duinia kira-kira pada 2100 – 2500 M.
  5. Era Angkasa luar baru (Specsaft, Exploration, Travel, Resource Gathering, Astrophysics) yang akan mendominasi sebelum tahun 3000 M (Alisyahbana, 2001).
Kesenjangan Informasi
       Kesenjangan yang terjadi sekarang ini merupakan akibat komunikasi. Komunikasi yang sangat mempengaruhi adalah Teknologi Komunikasi. Dalam hal ini saya artikan kalau media massa yang sangat berpengaruh. Semakin banyak teknologi baru, maka semakin besar pula kesenjangan yang terjadi di negara ini. Selain itu, dengan adanya teknologi baru maka semakin besar pula keterbelakangan masyarakat miskin.
Lebih lanjut ketika arus informasi media massa ke suatu sistem sosial meningkat, kelompok penduduk dengan status sosial ekonomi yang lebih tinggi, cenderung menerima informasi ini secara cepat dibandingkan dengan kelompok yang berstatus lebih rendah, karena itulah kesenjangan pengetahuan antara kelompak-kelompok tersebut cenderung bertambah dari pada berkurang.
       Masyarakat ekonomi kurang mampu yang kebanyakan tidak bisa mengadopsi teknologi baru karena mereka berfikir bahwa mereka tidak bisa membelinya, otomatis mereka tidak bisa menggunakan teknologi dan kurang mendapatkan infromasi. Selain itu, ada masyarakat yang berusaha membelinya tetapi sebelum mereka mendapatkannya muncul lagi teknologi baru lainnya. Maka sulitlah masyarakat kecil untuk maju, jika mereka tidak bisa menggunakan teknologi baru tersebut. Sekarang yang kita harus pikirkan bagaimana cara kita untuk membantu masyarakat miskin tersebut, agar bisa mengadopsi teknologi secara baik dan berjalan lurus. Misalnya ada teknologi, mereka bisa memakai dan menggunakannya secara jalannya modernisasi?
       (Rogers, 1974) beranggapan secara teoritis dan pragmatis hal ini amat bermanfaat untuk menggeneralisasi hipotesa kesenjaagan pengetahuaan kedalam rumusan yang lebih luas: “Upaya komunikasi yang berorientasi pada perubahan selama ini, cenderug memperlebar kesenjangan dalam sejumlah variabel pengaruh antara unsur khalayak yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi dengan yang berstatus di bawahnya”.
Read More

Gerakan Perempuan di Indonesia

     Ketika masa prakemerdekaan, gerakan perempuan di Indonesia ditandai dengan munculnya beberapa tokoh perempuan yang rata-rata berasal dari kalangan atas, seperti: Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya’ Dien dan lain-lain. Mereka berjuang mereaksi kondisi perempuan di lingkungannya. Perlu dipahami bila model gerakan Dewi Sartika dan Kartini lebih ke pendidikan dan itu pun baru upaya melek huruf dan mempersiapkan perempuan sebagai calon ibu yang terampil, karena baru sebatas itulah yang memungkinkan untuk dilakukan di masa itu. Sementara Cut Nya’ Dien yang hidup di lingkungan yang tidak sepatriarkhi Jawa, telah menunjukkan kesetaraan dalam perjuangan fisik tanpa batasan gender. Apapun, mereka adalah peletak dasar perjuangan perempuan kini.
     Di masa kemerdekaan dan masa Orde Lama, gerakan perempuan terbilang cukup dinamis dan memiliki bergaining cukup tinggi. Dan kondisi semacam ini mulai tumbang sejak Orde Baru berkuasa. Bahkan mungkin perlu dipertanyakan: adakah gerakan perempuan di masa rejim orde baru? Bila mengunakan definisi tradisonal di mana gerakan perempuan diharuskan berbasis massa, maka sulit dikatakan ada gerakan perempuan ketika itu. Apalagi bila definisi tradisonal ini dikaitkan dengan batasan a la Alvarez yang memandang gerakan perempuan sebagai sebagai sebuah gerakan sosial dan politik dengan anggota sebagian besar perempuan yang memperjuangkan keadilan gender. Dan Alvarez tidak mengikutkan organisasi perempuan milik pemerintah atau organisasi perempuan milik parpol serta organisasi perempuan di bawah payung organisasi lain dalam definisinya ini.
      Namun definisi baru gerakan perempuan tidak seketat ini, hingga dapat disimpulkan di masa Orba pun telah muncul gerakan perempuan. Salah satu buktinya adalah munculnya diskursus seputar penggunaan istilah perempuan untuk menggantikan istilah wanita.
      Gerakan perempuan di masa rejim otoriter Orba muncul sebagai hasil dari interaksi antara faktor-faktor politik makro dan mikro. Faktor-faktor politik makro berhubungan dengan politik gender orba dan proses demokratisasi yang semakin menguat di akhir tahun 80-an. Sedangkan faktor politik mikro berkaitan dengan wacana tentang perempuan yang mengkerangkakan perspektif gerakan perempuan masa pemerintahan Orba. Wacana-wacana ini termasuk pendekatan Women in Devolopment (WID) yang telah mendominasi politik gender Orba sejak tahun 70-am, juga wacana femnisme yang dikenal oleh kalangan terbatas (kampus/akademinis) dan ornop.



Politik Gender dari Rezim Orba
     Sebagaimana negara-negara berkembang lainnya, pemerintahan Orba diidentikkan dengan peratutaran yang otoriter yang tersentralisasi dari militer dan tidak dikutsertakannya partisipasi efektif partai-partai politik dalam proses pembuatan keputusan. Anders Uhlin berpendapat bahwa selain dominasi negara atas masyarakat sipil, struktur ekonomi dan politik global, struktur kelas, pembelahan atas dasar etnis dan agama, maka hubungan gender juga mendukung kelanggengan kekuasaan rejim Orba.
     Untuk memahami politik gender ini sangat penting, menganalisis bagaimana rejim Orba ini berhubungan dengan hubungan-hubungan gender sejak ia berkuasa setelah persitiwa 1965. Rejim Orba di bangun di atas kemampuannya untuk memulihkan ketaraturan . Pembunuhan besar-besaran berskala luas yang muncul digunakan untuk memperkuat kesan di masyarakat Indonesia bahwa Orla adalah kacau balau dan tak beraturan. Rejim Orba secara terus-menerus dan sistemis mempropagandakan komunis adalah amoral dan anti agama serta penyebab kekacauan.
      Seterusnya Gerwani sebagai bagian dari PKI juga menjadi alat untuk menciptakan pondasi politik gender yang secara mendasar mendelegitimasi partisipasi perempuan dalam kegiatan-kegiatan politik. Kampanye ini ternyata tidak hanya menghancurkan komunis, tetapi juga menghancurkan gerakan perempuan. Kodrat menjadi kata kunci, khususnya dalam mensubordinasi perempuan. Orba mengkonstruksikan sebuah ideologi gender yang mendasarkan diri pada ibusime, sebuah paham yang melihat kegiatan ekonomi perempuan sebagai bagian dari peranannya sebagai ibu dan partisipasi perempuan dalam politik sebagai tak layak. Politik gender ini termasnifestasikan dalam dokumen-dokumen negara, seperti GBHN, UU Perkawinana No. 1/1974 dan Panca Dharma Wanita.
   Dalam usaha untuk memperkuat politik gender tersebut, pemerintah Orba merevitalisasi dan mengelompokkan organisasi-organisasi perempuan yang berafiliasi dengan departemen pemerintah pada tahun 1974. Organisasi-organisasi ini (Dharma Wanita, Dharma Pertiwi dan PKK) membantu pemerintah menyebarluaskan ideologi gender ala Orba. Gender politik ini telah diwarnai pendekatan WID sejak tahun 70-an. Ini dapat dilihat pada Repelita kedua yang menekankan pada “partisipasi populer” dalam pembanguan, dan mengkonsentrasikan pada membawa perempuan supaya lebih terlibat pada proses pembangunan.
      Di bawah rejim otorioter, implikasi politik gender ini ternyata sangat jauh, tidak sekedar mendomestikasi perempuan, pemisahan dan depolitisasi perempuan, tetapi juga telah menggunakan tubuh perempuan sebagai instrumen-instrumen untuk tujuan ekonomi politik. Ini nampak pada program KB yang dipaksanakan untuk “hanya” perempuan dengan ongkos yang tinggi, yang khususnya dirasakan oleh perempuan kalangan bawah di pedesaan. Ringkasnya politik gender Orba telah berhasil membawa perempuan Indonesia sebagai kelompok yang homogen apolitis dan mendukung peraturan otiritarian.

Gerakan Perempuan Masa Reformasi
     Bila sistem pemerintahan yang semakin demokratis dianggap paling kondusif bagi pemberdayaan perempuan, maka di era reformasi ini semestinya pemberdayaan perempuan di Indonesia semakin menemukan bentuknya. Bila ukuran telah berdayanya perempuan di Indonesia dilihat dari kuantitas peran di sejumlah jabatan strategis, baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif, jsutru ada penurunan di banidng masa-masa akhir rejim orba. Namun, secara kualitatif, peran perempuan itu semakin diperhitungkan juga di pos-pos strategis, seperti yang tampak pada komposisi kabinet kita sekarang. Ini dapat digunakan untuk menjustifikasi, bahwa mungkin saja kualitas perempuan Indonesia semakin terperbaiki.
      Hanya saja harus tetap diakui bahwa angka-angka peranan perempuan di sektor strategis tersebut tidak secara otomatis menggambarkan kondisi perempuan di seluruh tanah air. Bukti nyata adalah angka kekerasan terhadap perempuan masih sangat tinggi. Bila pada jaman lampau kekerasan masih berbasis kepatuhan dan dominasi oleh pihak yang lebih berkuasa dalam struktur negara dan budaya (termasuk dalam rumah tangga), maka kini diperlengkap dengan basis industrialisasi yang mensuport perempuan menjadi semacam komoditas.
UU PKDRT Nomor 23 Tahun 2004
Fakta Kekerasan dalam Rumah Tangga
      KDRT adalah persoalan yang rumit untuk dipecahkan. Ada banyak alasan. Boleh  jadi, pelaku KDRT benar-benar tidak menyadari bahwa apa yang telah ia lakukan adalah merupakan tindak KDRT. Atau, bisa jadi pula, pelaku menyadari bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan tindakan KDRT. Hanya saja, ia mengabaikannya lantaran berlindung diri di bawah norma-norma tertentu yang telah mapan dalam masyarakat. Sehingga menganggap perbuatan KDRT sebagai hal yang wajar dan pribadi .
      Definisi Kekerasan dalam Rumah Tangga atau KDRT, sebagaimana dikemukakan  dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. UU PKDRT ini lahir melalui perjuangan panjang selama lebih kurang tujuh tahun yang dilakukan para aktivis gerakan perempuan dari berbagi elemen.
      Di Indonesia, secara legal formal, ketentuan ini mulai diberlakukan sejak tahun 2004. Misi dari Undang-undang ini adalah sebagai upaya, ikhtiar bagi penghapusan KDRT. Dengan adanya ketentuan ini, berarti negara bisa berupaya mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban akibat KDRT. Sesuatu hal yang sebelumnya tidak bisa terjadi, karena dianggap sebagai persoalan internal keluarga seseorang. Pasalnya, secara tegas dikatakan bahwa, tindakan keekerasan fisik, psikologis, seksual, dan penelantaran rumah tangga (penelantaran ekonomi) yang dilakukan dalam lingkup rumah tangga merupakan tindak pidana. Tindakan-tindakan tersebut mungkin biasa dan bisa terjadi antara pihak suami kepada isteri dan sebaliknya, atapun orang tua terhadap anaknya. Sebagai undang-undang yang membutuhkan pengaturan khusus, selain berisikan pengaturan sanksi pidana, undang-undang ini juga mengatur tentang hukum acara, kewajiban negara dalam memberikan perlindungan segera kepada korban yang melapor. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa ketentuan ini adalah sebuah terobosan hukum yang sangat penting bagi upaya penegakan HAM, khusunya perlindungan terhadap mereka yang selama ini dirugikan dalam sebuah tatanan keluarga atau rumah tangga.
      Terobosan hukum lain yang juga penting dan dimuat di dalam UU PKDRT adalah identifikasi aktor-aktor yang memiliki potensi terlibat dalam kekerasan. Pada Pasal 2 UU PKDRT disebutkan bahwa lingkup rumah tangga meliputi (a) suami, isteri, dan anak, (b) orang-orang yang memiliki hubungan keluarga sebagaimana dimaksud pada huruf (a) karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga dan atau (c) orang-orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut sehingga dipandang sebagai anggota keluarga. Identifikasi kekerasan terhadap pekerja rumah tangga sebagai kekerasan domestik sempat mengundang kontraversi karena ada yang berpendapat bahwa kasus tersebut hendaknya dilihat dalam kerangka relasi pekerjaan (antara pekerja dengan majikan). Meskipun demikian, UU PKDRT mengisi jurang perlindungan hukum karena sampai saat ini undang-undang perburuhan di Indonesia tidak mencakup pekerja rumah tangga. Sehingga korban kekerasan dalam rumah tangga adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga.
      UU PKDRT merupakan terbosan hukum yang positif dalam ketatanegaraan Indonesia. Dimana persoalan pribadi telah masuk menjadi wilayah publik. Pada masa sebelum UU PKDRT ada, kasus-kasus KDRT sulit untuk diselesaikan secara hukum. Hukum Pidana Indonesia tidak mengenal KDRT, bahkan kata-kata kekerasan pun tidak ditemukan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Kasus-kasus pemukulan suami terhadap isteri atau orang tua terhadap anak diselesaikan dengan menggunakan pasal-pasal tentang penganiayaan, yang kemudian sulit sekali dipenuhi unsur-unsur pembuktiannya, sehingga kasus yang diadukan, tidak lagi ditindaklanjuti.
      Catatan tahunan komnas perempuan sejak tahun 2001 sampai dengan 2007 menunjukkan peningkatan pelaporan kasus KDRT sebanyak lima kali lipat. Sebelum UU PKDRT lahir yaitu dalam rentang 2001 – 2004 jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 9.662 kasus. Sejak diberlakukannya UU PKDRT 2005 – 2007, terhimpun sebanyak 53.704 kasus KDRT yang dilaporkan.
      Data kekerasan 3.169 tahun 2001, 5.163 tahun 2002, 7.787 tahun 2003, 14.020 tahun 2004, 20.391 tahun 2005, 22.512 tahun 2006, dan 25.522 tahun 2007. Jumlah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) mulai meningkat dengan cukup tajam sejak tahun 2004 (lebih dari 44% dari tahun 2003) dan tahun-tahun berikut kenaikan angka KtP berkisar antara 9% - 30% (tahun 2005, 30% tahun 2006), 9% dan tahun 2007 11%.
KTP ini mayoritas ditempati menurut ranah kekerasan. Maka KDRT cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan lonjakan tajam antara tahun 2004 (4.310 kasus) ke tahun 2005 (16.615 kasus). Dari data 25.522 kasus KtP pada tahun 2007, KDRT terdapat 20.380 kasus, KtP di komunitas 4.977 kasus, dan KtP dengan pelaku negara 165 kasus. Dari 215 lembaga dan tersebar dari 111 pulau yang memberikan datanya kepada Komnas Perempuan, data terbanyak berasal dari Pulau Jawa (2 di Banten, 7 di Yogyakarta, 22 di Jawa Barat, 29 di Jawa Tengah, dan 31 di Jawa Timur).
      Kecenderungan meningkatnya kasus KDRT yang dilaporkan ini menunjukkan adanya bangunan kesadaran masyarakat tentang kekerasan khusunya kekerasan yang terjadi di ranah rumah tangga pada umumnya  dan kesadaran serta keberanian perempuan korban  untuk melaporkan kasus KDRT yang dialaminya,pada khususnya.
      Banyaknya  kasus yang dalam perjalannnya dicabut oleh pelapor yang sekaligus juga korban, lebih karena banyaknya beban gender perempuam korban yang seringkali harus ditanggung sendiri,, kuatnya budaya patriarkhi, doktrin agama, dan adat menempatkan perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga dalam situasi yang sulit untuk keluar dari lingkar kekerasan yang dialaminya, dab cenderung ragu untuk mengungkap fakta kekerasannya, bahkan korban sulit mendapat dukungan dari keluarga maupun komunitas. Keyakinan ’berdosa’ jika menceritakan ’kejelekan, keburukan, atau aib’ suami membuat banyak perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga menyimpan dalam-dalam berbagai bentuk kekerasan yang dialaminya.
Perempuan korban menggapai keadilan
      PA merupakan tempat rujukan terbanyak perempuan korban KDRT menggantungkan keadilan, meskipun fakta KDRT terbanyak tersembunyi dalam gugat cerai, para perempuan korban, sehingga pengungkapan kekerasannya sendiri tidak terungkap. Dengan demikian proses hukum KDRT itu sendiri tidak pernah berjalan. Kasus KDRT terbanyak terdapat di PA yakni 41% dari 20.380 kasus. Ini menunjukkan bahwa kasus gugat cerai di PA sebagian besar berkaitan dengan kasus KDRT. Di PA ada 6.212 kasus penelantaran ekonomi dan 1.582 kasus kekerasan psikis. Dari jumlah kasus KDRT ini ada 17.772 kasus terindentifikasi sebagai kekerasan terhadap isteri.
      Sayangnya, sekalipun pengadilan agama menjadi lembaga yang paling banyak menangani kasus KDRT (penelantaran ekonomi dalam perkara gugat cerai) tetapi mereka tidak menggunakan UU PKDRT sebagai acuan. Pemisahan antara perkara perdata (cerai) dan pidana (KDRT) dalam sistem peradilan Indonesia ternyata tidak menguntungkan kepentingan perempuan korban untuk mendapatkan keadilan.
      Dalam rangka memberikan layanan bagi perempuan korban KDRT diantara beberapa lembaya yang terlibat yakni pertama, Women Crisis Center (WCC), atau organisasi perempuan penyedia layanan. Setidaknya ada delapan macam pelayanan yang biasa diberikan WCC adalah hotline, layanan konseling, support group, pendampingan hukum, penyediaan rumah aman atau shelter, terapi psikologi, pelayanan medis, dan penguatan ekonomi. Kedua, Rumah Sakit. Peran aktif RS dalam memberikan layanan bagi perempuan korban kekerasan dikembangkan oleh Komnas Perempuan dan RSCM Jakarta. Yang kemudian diadopsi diberbagai lembaga kesehatan lainnya. Ketiga, Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (UUPA) adalah tindak lanjut dari Ruang Pelayanan Khusus (RPK) yang dibentuk sejak tahun 1999 di Kepolisian, saat UUPA menjadi unit tersendiri dalam struktur kepolisian berdasarkan Peraturan Kapolri No 10/2007. Dan terakhir keempat, Kejaksaan yang telah mengalokasikan dana secara rutin untuk menangani kasus KtP. Lembaga ini juga mengintegrasikan jender sebagai salah satu bidang pendidikan yang diajarkan kepada aparatnya. 

Menuju Upaya Pemenuhan Hak-hak Korban
      Harus diakui kehadiran UU PKDRT membuka jalan bagi terungkapnya kasus KDRT dan upaya perlindungan hak-hak korban. Dimana, awalnya KDRT dianggap sebagai wilayah privat yang tidak seorang pun diluar lingkungan rumah tangga dapat memasukinya. Lebih kurang empat tahun sejak pengesahannya pada tahun 2004, dalam perjalannnya UU ini masih ada beberapa  pasal yang tidak menguntungkan bagi perempuan korban kekerasanm.   PP No 4 tahun 2006 tentang Pemulihan merupakan peraturan pelaksana dari UU ini, yang diharapkan mempermudah  proses implementasi UU sebagaimana yang tertera dalam mandat UU ini.
      Selain itu, walapun UU ini dimaksudkan memberikan efek jera bagi pelaku KDRT, ancaman hukuman yang tidak mencantumkan hukuman minimal dan hanya hukuman maksimal sehingga berupa ancaman hukuman alternatif kurungan atau denda dirasa terlalu ringan bila dibandingkan dengan dampak yang diterima korban, bahkan lebih menguntungkan bila menggunakan ketentuan hukum sebagaimana yang diatur dalam KUHP. Apalagi jika korban mengalami cacat fisik, psikis, atau bahkan korban meninggal. Sebagai UU yang memfokuskan pada proses penanganan hukum pidana dan penghukuman dari korban, untuk itu, perlu upaya strategis diluar diri korban guna mendukung dan memberikan perlindungan bagi korban dalam rangka mengungkapkan kasus KDRT yang menimpanya.

Komitmen Komnas Perempuan
      Sebagai Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) yang independen, sesuai mandatnya Komnas Perempuan memfokuskan diri pada upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan serta upaya menciptakan suasana kondusif bagi pemenuhan hak asasi perempuan, termasuk hak-hak perempuan   korban kekerasan, yaitu hak atas kebenaran, keadilan dan pemulihan. Untuk mewujutkan mandatnya kmnas perempuan bekerja dengan membentuk 4 sub komisi, yaitu sub komisi Reformasi Hukum,Sub Kom Pemulihan,Sukom Pemantauan dan Sub Kom Litbang dan Pendidikan.
Komnas Perempuan dalam menjalankan mandatnya bermitra kerja dengan institusi pemerintah, LSM,Organisasi sosial dan budaya, organisasi agama dan PT di pusat maupun daerah, regional maupun internasional.
      Sub Kom  Reformasi Hukum dan Kebijakan pada periode 2007-2009 salah satu program kerjanya menjalin hubungan dengan  aparat penegak hukum dan organisasi kemasyakatan sipil (Penguatan Penagak Hukum/PPH). Hasil dari kerjasama ini telah terwujud dari Sistem Peradilan Pidana Terpadu (SPPT) antara aparat penegak hukum dan para advokat/pengacara.
      Pada bulan November 2007, telah terselenggara  Pelatihan  bagi Hakim Peradilan Agama dengan materi KDRT. Pelatihan ini  dimasudkan untuk mengembangkan bangunan pengetahuan tentang KDRT, tidak hanya yang diatur dalam hukum nasional  (UU PKDRT), tetapi juga hukum Islam. Menangkap antusiasme permintaan dari para hakim PA dalam pelatihan tersebut diatas, agar ada buku Referensi bagi mereka tentang KDRT, maka Komnas Perempuan menyelenggarakan workshop untuk penyusunan materi buku. Buku Referensi ini telah dilaunching pada bulan Juli 2008 bersama Ketua Muda Urusan Lingkungan Agama MA-RI dan Dirjen Badan Peradilan Agama MA-RI. Keberadaan buku referensi ini nantinya diharapkan mampu memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang KDRT bagi hakim PA, sebagai tempat terakhir bagi kebanyakan perempuan korban menggapai keadilan dan mengungkap kebenaran. Kerja-kerja ini akan terus dilanjutkan dan dikembangkan dengan menggandeng kehakiman seperti pelatihan untuk para hakim pengadilan negeri tentang KDRT, SPPT bagi pendamping korban, pendataan kasus KDRT di kejaksaan, dan advokasi  revisi KUHAP.
      Hal lain yang menjadi harapan besar bagi Komnas Perempuan  sebagai upaya perlindungan terhadap korban yang belum maksimal diberikan oleh negara, adalah keberadaan LPSK. Dengan terpilihnya anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban usaha perindungan sebagaimana yang tertera dalam UU PKDRT yakni segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan dapat segera terwujud. Sehingga terjadi kerja-kerja sinergi dalam memenuhi hak-hak korban.
Read More