Thursday, January 21, 2010

Hati-Hati Dengan Wartawan Gadungan

Para kepala sekolah rupanya sekarang sedang menjadi incaran para "oknum" wartawan bahkan wartawan gadungan. Mirip seperti artis yang sedang naik daun yang sehingga sering diburu para wartawan atau para pejabat yang sedang terlibat kasus ini dan itu pasti dikelilingi orang-orang yang melakukan kegiatan jurnalisme.

Salah satu alasan paling tepat membuat para kepala sekolah layaknya artis ngetop atau pejabat teras sehingga sekecil apapun beritanya pasti penting adalah adanya Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pemerintah memberikan dana BOS dengan tujuan membantu meringankan beban biaya pendidikan di Indonesia, betul ?

Besar atau kecil yang namanya Dana alias "Uang" pasti akan menarik perhatian layaknya bunga sedang mekar yang dikeliling kumbang-kumbang yang siap menghisap madu.

Tulisan ini berdasarkan fakta jadi bukan cuma isapan jempol semata atau cuma mitos ga jelas, tapi kalau ditanya siapa sumbernya ... ? ya rahasia dong ah tar malah dicari-cari ma tu oknum (sapa tau dia baca ni blog wkwkw)

Ini dia kejadian-kejadian yang pernah saya dengar sendiri langsung dari korbannya :

  1. Kejadian pemerasan oleh oknum wartawan (entah gadungan atau asli oknum) karena sang korban tidak sempat mencatat identitas pemeras karena keburu takut dan panik, korbannya adalah seorang kepala sekolah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dengan Inisial E.N.S , ceritanya begini :
    • Suatu hari dia berkata pada saya "Bulan ini saya ga bisa kasih banyak uang untuk anak isteri saya " . Kenapa ?, tanya saya. "Tadi saya habis diperas sama wartawan, jadi uang honor mengajar saya habis saya kasih buat dia semua"

      Kepala sekolah ini adalah Pegawai Negri Sipil (PNS), dan dia juga mengajar dibeberapa sekolah lain untuk mencari tambahan penghasilan menghidupi keluarganya. Entah kejadian jelasnya seperti apa, tapi yang saya tahu dia orang yang jujur bahkan karena kejujuran dan keberaniannya dia banyak dimusuhi orang-orang yang tidak sejalan dengannya. Bahkan dia pernah diancam dengan sepucuk pistol oleh orang yang tidak suka dengan sepak terjangnya, kejadiannya waktu dia baru diangkat jadi kepala sekolah kalau ga salah si tahun 90' an. Sedang pemerasan oleh oknum wartawan terjadi sekitar tahun 2000'an say lupa tepatnya kapan.

  2. Kejadian ke dua adalah termasuk tindak pidana pencurian, kalau di KUHP ga tau kena pasal berapa ni oknum. Kejadiannya adalah:
    • Suatu hari ada seseorang yang mengaku wartawan entah dari media/harian apa yang pasti dia mengaku wartwan lengkap dengan peralatan yang biasa dibawa oleh peliput berita, dia datang ke Sekolah Dasar Negri kemudian mencari Kepala Sekolah dengan alasan ingin meliput ini dan itu, singkat cerita dia menunggu di ruangan kepala sekolah kemudian guru yang menerima kehadirannya kebelakang untuk menyiapkan minum. Uppps setelah guru itu kembali keruangan ternyata dia terkaget-kaget karena orang yang tadi mengaku wartawan itu sudah tak ada diruangan. Setelah memperhatikan isi ruangan ternyata ada sesuatu yang ganjil karena ada 1 buah Laptop yang hilang. Ternyata kejadiannya bukan cuma di sekolah ini saja kejadian mirip seperti ini juga terjadi di sekolah lain karena ada juga guru yang mengaku kehilangan Handphone saat menjamu orang yang mengaku wartawan.

    Jadi jelas bahwa orang yang mengaku wartawan ini hanyalah pencuri yang memanfaatkan kesempatan dan mengaku sebagai wartawan yang akan meliput berita.

  3. Kejadian ke 3 dan yang termasuk "konyol" adalah ketika ada orang yang mengaku wartawan kemudian datang ke suatu Sekolah Dasar (SD) dan mencari kepala sekolah dengan alasan ada sesuatu yang harus diluruskan/dikonfirmasi/diminta keterangan kalau tidak "Anda Akan Masuk Koran".Ceritanya begini :
    • Singkat cerita kepala sekolah pun menerima "oknum" wartawan ini kemudian menyanyakan ada perihal apa anda mencari saya, begini Bu, kata sang oknum kemudian bla bla *#&@*#@)(#^%!*#)&W?!<)# (ocehan sang oknum), pada intinya oknum ini menanyakan tentang pungutan uang yang dilakukan pihak sekolah kepada pedagang yang berjualan dilingkungan sekolah. Hmmmm gumam kepala sekolah. Dengan membawa selembar surat yang katanya "Surat Peryataan" oknum yang mengaku wartawan itu meminta kepala sekolah untuk menandatangani surat yang tidak jelas pula apa isinya, sontak kepala sekolah pun menolak kemudian berkata "Silahkan Anda Muat Disurat Kabar" saya tidak takut, ngomong-ngomong anda dari harian apa ? tanya kepala sekolah. UUUmm AAA eee blek iiii glek (orang yang mengaku wartawan bingung) karena selain ditanya dari media apa kepala sekolah juga dengan sigap sambil menekan tombol Handphone dan sambil berkata "Saya juga punya kenalan wartawan di surat kabar ..... (sensor)" Dengan langkah 1001 orang yang mengaku wartawan pun segera bergegas pergi, takut kali yeee.

    Kejadian ini saya bilang konyol karena walaupun benar (catat "walaupun") memang orang itu wartwan lalu apa wewenang dia meminta kepala sekolah harus menandatangani surat pernyataan. Sudah jelas dia (oknum) tidak dirugikan sama sekali, ko minta orang lain tanda tangan (ga sekolah kali no orang) atau nipu kurang kreatif.

    Kalau memang ada kepala sekolah yang salah kan bisa dilaporkan ke polisi (kalau kriminal) atau dinas terkait (jika menyalahi wewenang), betul ?. Lagian cuma gara-gara pungutan uang kebersihan buat pedagang yang berjualan disekitar sekolah aja ko repot.


Tidak bisa dipungkiri dengan adanya dana BOS, banyak orang (bodoh & rakus) yang berpikir kepala sekolah banyak uang bin fulus, yoo kita peras (sapi kali diperas). Ingat dana BOS itu cuma amanat pemerintah yang diberikan kepada kepala sekolah untuk dikelola sehingga biaya pendidikan di Indonesia menjadi lebih ringan, bukannya banyak orang "berteriak" menuntut pendidikan "murah" bahkan gratis, lalu kenapa saat pemerintah mengeluarkan kebijakan BOS banyak orang seperti tikus bermuka jelek (mang ada yang ganteng ya) kemudian berlagak sebagai "Dewa Penegak Keadilan dan kebenaran" padahal cuma meras, cuma mau ikut kecipratan (kalau kecipratan minyak panas mau ?) uang BOS yang sebenarnya harus dikelola dengan baik oleh para kepala sekolah dan dipertanggung jawabkan dengan berbagai laporan, itu juga buat kepentingan pendidikan bersama.

Ingat jangan takut kalau anda tidak salah kalaupun terpaksa harus mengikuti kemauan sang pemeras sebaiknya ada cari akal untuk membuat kepok pemeras ini dan tidak merajalela ke sekolah lain.

Sekedar tips untuk menghindari pemerasan :
  1. Jangan berbuat salah karena dengan begitu anda takan pernah takut diperas siapapun (ngerti kan yang dimaksud kesalahan disini , jangan pura2 oon ah)
  2. Kalau ada "oknum" yang mengaku wartawan sebaiknya perhatikan baik-baik tanda pengenalnya, dan biasakan minta dia mengisi buku tamu, karena ini bisa menjadi bukti kehadirannya. Selain itu tanya juga dari mana sehingga anda bisa konfirmasi ke tempat dia bekerja jika saat bertanya-tanya malah menjurus pemerasan.
  3. Kalau memang terpaksa harus memberikan "uang" perasan maka sebaiknya anda cari sebanyak mungkin alat bukti, misalnya saat sang oknum meminta uang anda bisa rekam dengan handphone misalnya baik audi vidio maupun hanya sekedar audi/suara saja, karena jika anda ingin membuat jera sang pemeras ini bisa menjadi alat bukti di polisi.

Ga semua orang yang diperas itu salah, tapi mungkin karena keadaan atau karena keburu panik akhirnya dia mau saja mengikuti permintaan pemeras, dan ingat pemerasan dan penipuan adalah kejahatan yang sulit dibuktikan.

Maaf jika ada yang merasa tersinggung karena saya tidak berniat menyinggung siapapun, dengan jelas saya sebutkan "oknum" atau "wartawan gadungan", Jelas bukan maksudnya.

Tulisan lainnya :