Thursday, September 28, 2017

Jangan Pernah Bersandar Pada Amal

Ada 4 orang pria berbicara tentang amal ibadah mereka & kesuksesan yang didapat.

Pria 1 :
Alhamdulillah, sejak sering shalat Dhuha rezeki menjadi lancar. Bisnis sukses sebentar lagi anak saya lulus SMA rencananya akan sekolah ke luar negeri._

Pria 2 :
Bukan main, hebat sekali, sejak naik Haji/Umrah Ibadahku semakin rajin, Alhamdulillah anak juga sukses, rumahnya harganya milyaran, aset bertambah, orang tua sangat bangga, berkat do'a saya.

Pria 3 :
Masha Allah sungguh nikmat tak terkira sejak rajin puasa dan bersedekah rezeki bagaikan sungai mengalir tidak ada putus-putusnya. Anak baru selesai kuliah diluar negeri dan jadi staff khusus menteri.


Ketiga pria tersebut kemudian melirik ke arah pria ke-4 sejak tadi hanya terdiam. Salah satu bertanya kepada pria ke 4.
"...Bagaimana dirimu? Kawan mengapa diam saja...?”

Pria 4 :
Saya tidak sehebat kalian, jangankan kesuksesan bahkan saya tidak tahu apakah ibadah yang saya lakukan diterima oleh Allah Ta'ala atau tidak.

Saya tahu ibadah diterima dan sukses setelah saya meninggal nanti. Jadi saya merasa belum bisa menceritakan ibadah yang saya lakukan dan balasan yang Allah berikan kepada saya.

Jangan bersandar pada amal. Sebab dari ketertipuan ini adalah sikap bersandar kepada amal secara berlebih. Ini akan melahirkan kepuasan, kebanggaan, dan akhlak buruk kepada Allah Ta’ala.

Orang yang melakukan amal Ibadah _tidak tahu apakah Amalnya diterima atau tidak_
Mereka tidak tahu betapa besar dosanya dan maksiatnya, juga mereka tidak tahu apakah amalnya bernilai keikhlasan atau tidak.

Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk meminta rahmat Allah dan senantiasa mengucapkan istighfar karena Allah Maha Tau/Mengerti, Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah :
Sungguh Amal seseorang tidak akan memasukannya ke dalam Surga. 
Mereka bertanya : "Tidak pula engkau ya Rasulullah?."
Beliau menjawab : "Tidak pula saya, hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmatNYA. Karenanya berlakulah benar (beramal sesuai dengan sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan tidak kendor atau lemah)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga kecuali dengan Rahmat Allah. Dan di antara RahmatNya adalah Dia memberikan taufiq untuk beramal dan hidayah untuk taat kepadaNya.

Karenanya, kita wajib bersyukur kepada Allah dan Merendahkan diri kepadaNya. Tidak layak seorang hamba bersandar kepada amalnya.

Seorang hamba tidak pantas membanggakan amal ibadahnya yang seolah-olah bisa terlaksana karena pilihan dan usahanya semata, apalagi ada perasaan telah memberikan kebaikan untuk Allah.

Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan amal ibadah hamba-hamba-Nya. Dia Maha Kaya, tidak butuh kepada makhluk-Nya. Kitalah yang butuh kepada-Nya.

Wallahu a'lam bish shawwab...

Subhanallah...

Astaghfirullah...