Wednesday, August 9, 2017

1. Islam

Secara garis besar setiap agama mempunyai tiga unsur penopang keyakinan, yaitu: Satu, ‘Tuhan’ yang disembah. Dua, ‘Kitab Suci’ yang dipedomani. Tiga, ‘Nabi’ atau ‘Rasul’ atau “penyebar agama” yang diikuti.   Ketiga unsur itu ada pada semua agama atau aliran spiritual yang berkembang di dunia, antara lain Yahudi, Kong Hu Cu, Zoaster, Hindu, Budha, Kristen dan Islam.
ISLAM adalah agama yang meyakini bahwa ‘Allah’ sebagai satu-satunya tuhan pencipta dan pengatur seluruh alam semesta[1], dan ‘Nabi Muhammad’ sebagai rasul Allah yang menyampaikan kebenaran firman-firmanNya[2], serta ‘Al-Quran’  sebagai kitab suci yang menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan agar dicapai kebahagiaan dunia dan akhirat[3].
Islam memberikan informasi yang sangat jelas dan gamblang tentang hakekat Tuhan Allah dan figur Nabi Muhammad, serta kebenaran isi kandungan Kitab Suci Al-Qur’an.  Informasi kebenaran itu hingga kini tidak ada seorangpun yang menyangkalnya.  Hal ini bisa jadi tidak terdapat pada agama lain.

Pertama, tentang Tuhan Allah.  
ALLAH adalah dzat (sesuatu yang bukan benda) pencipta dan pengatur seluruh alam semesta, yang tidak berawal dan tidak berakhir, dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-NyaDia adalah Tuhan yang  ‘Esa’ (tunggal, tanpa sekutu), satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil, Maha Berkehendak, yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya.[4]
Gambaran Islam tentang Tuhan berbeda dengan agama atau aliran spiritual lainnya.  Bagi Islam: Allah adalah Tuhan yang Esa (tunggal), yang tidak bersekutu dengan Tuhan lainnya, yang tidak dilahirkan dan tidak pula melahirkan keturunan, serta tidak mempunyai keluarga (Quran 112: 1-4). Allah juga tidak bisa digambarkan dalam wujud apapun -- seperti patung atau benda lainnya  – karena Dia tidak serupa dengan apapun (Quran 42: 11).

Kedua, tentang Nabi Muhammad.
MUHAMMAD  adalah seorang nabi atau rasul Allah yang menerima wahyu berupa petunjuk kebenaran dari Allah untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia.   Firman Allah, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya:107)
Muhammad bukanlah keturunan raja atau bangsawan, yang mempunyai kekuasaan dan kekayaan besar. Beliau lahir dari keluarga miskin, dalam keadaan yatim (ditinggal mati ayahnya), di suatu kawasan yang kering dan tandus (jazirah Arab), dan pada situasi zaman yang penuh kekacauan (Jahiliyah).  Kehidupan masa kecil dan remaja beliau adalah pengembala kambing, membantu pamannya berdagang, bekerja pada seorang saudagar, dan kemudian menjadi pedagang besar.
Karena potensi dan kepribadiannya yang  unggul -- cerdas, jujur, adil, bijaksana, dan berintegritas --  maka kemudian beliau tampil sebagai pemimpin yang sangat dipatuhi, disegani dan dicintai oleh para pengikutnya, yang semakin hari semakin bertambah banyak.
Muhammad bukan hanya sekedar sebagai pemimpin kota Mekah dan Madinah saja, tetapi kekuasaannya melebar ke seluruh wilayah Arab.  Bahkan sepeninggal beliau pengaruh ajaran berkembang semakin meluas, dan perintahnya diikuti oleh masyarakat dunia mulai dari Mesir, Afrika Utara, Spanyol hingga Eropa.
Meskipun kekuasaannya melebihi seorang kaisar, namun kehidupan Nabi Muhammad sangatlah sederhana. Rumah beliau kecil, berpakaian sangat sederhana, dan tidur beralaskan tikar dari anyaman daun kurma. Beliau mengerjakan pekerjaan rumah, menjahit pakaian yang robek dan memerah susu kambing dengan tangannya sendiri.  Beliau sering membantu orang-orang lemah dan miskin. Bila sedang menunggang unta atau tunggangan lainnya tidak segan untuk memboncengkan pembantu atau hamba sahaya bersamanya.
Muhammad adalah seorang nabi yang menyampaikan ajaran agama Islam dengan penuh kasih sayang. Agama yang rasional dan penuh nilai-nilai universal. Agama  yang mengajarkan toleransi, kasih sayang, menghormati hak orang lain, menghargai wanita, dan nilai-nilai kebajikan lainnya.
Maka pantaslah bila DR. Michael H. Hart, seorang peneliti dari Universitas Maryland Amerika Serikat menempatkan Nabi Muhammad pada ranking pertama sebagai tokoh yang paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia.  Dr. Hart menuangkan hasil riset yang dilakukan selama delapan tahun itu kedalam sebuah buku berjudul : “The hundred, a ranking of the most influential persons in history(100 tokoh paling berpengaruh dalam sejarah manusia) tahun 1978.
Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang meraih keberhasilan luar biasa dalam mempengaruhi kehidupan manusia  Muhammad bukan semata pemimpin agama tapi juga pemimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah (bangsa jahiliyah), menjadi bangsa bermoral, beretika, dan bangsa maju yang sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang sangat kuat di medan pertempuran.

Ketiga, tentang Kitab Suci Al-Qur’an.
Al-Qur'an adalah kitab suci yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril sebagai pedoman hidup serta petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Al-Quran diturunkan untuk menyempurnakan wahyu-wahyu Allah dalam kitab-kitab suci sebelumnya, yaitu Taurat (Nabi Musa), Zabur (Nabi Daud) dan Injil (Nabi Isa)[5].
Kandungan Al-Qur’an berisi petunjuk dan peraturan tentang hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan sesama manusia dan mahluk hidup lainnya. Serta sejarah atau kisah mengenai orang-orang yang terdahulu
Al-Qur’an sebagai kitab suci merupakan kitab yang sangat menakjubkan, aneh dan ajaib. Karena: Pertama. Al Qur’an adalah sebuah buku yang tidak pernah direvisi.  Sejak diturunkan hingga kini (yang sudah berusia lebih dari 1400 tahun) Al-Quran tidak mengalami perubahan, jangankan satu kalimat, satu hurufpun tidak mengalami perubahan.[6] 
Kedua.  Al Qur’an adalah satu-satunya buku tebal yang bisa dihafal oleh manusia.  Ada ribuan orang di seluruh dunia yang mampu menghafal Al Qur’an, bahkan orang yang tidak paham dengan bahasanya sekalipun mampu menghafalkannya.
Ketiga, Hingga saat ini isi atau ajaran Al Quran tidak pernah ada yang menyanggah kebenarannya.
Kelengkapan dan kesempurnaan isi Al-Qur’an diakui oleh para pakar Barat, di antaranya oleh Edward Gibbon. Ahli sejarah Inggris (1737-1794) [7].  Gibbon mengatakan. "Al-Qur’an adalah sebuah kitab agama, yang membahas tentang masalah-masalah kemajuan, persaudaraan, kenegaraan, perniagaan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran dalam Islam. Isi Al-Qur’an sangat lengkap, mulai dari urusan ibadah, ketauhidan, sampai soal pekerjaan sehari-hari, mulai dari masalah rohani sampai hal-hal jasmani, mulai dari pembicaraan tentang hak-hak dan kewajiban segolongan umat sampai kepada pembicaraan tentang akhlak dan perangai serta hukum siksa di dunia.”

Kembali lagi mengenai agama Islam.
Islam adalah agama yang sempurna[8]  yaitu agama yang sesuai dengan fitrah manusia, yang tidak memberi beban kepada pemeluknya [9], dan tidak menghendaki kesukaran.[10]
Kata Islam berasal dari bahasa Arab "aslama-yuslimu-islaman" yang secara kebahasaan berarti "menyelamatkan".   Dikaitkan dengan asal katanya, Islam berasal dari kata: ‘Salam’ (selamat/sejahtera), ‘Salm’ (damai), ‘Aslama’ (tunduk/ikhlas), dan ‘Salim’ (bersih/suci). Jadi secara harfiah arti Islam adalah ‘agama yang menjanjikan  keselamatan dan kedamaian, dengan jalan membersihkan hati dan menyucikan jiwa.’
Karena Islam adalah agama penyebar perdamaian dan keselamatan, maka ucapan ‘salam’ yang disampaikan oleh orang ‘muslim’ -- penyebutan bagi penganut agama Islam -- ketika berjumpa dengan orang lain adalah “Assalamu’ alaikum”, bukan ucapan “selamat pagi”, atau “selamat malam”, atau “selamat datang”.  Ucapan “Assalamu’ alaikum” mempunyai pengertian: “Semoga keselamatan, rahmat  dan keberkahan Tuhan terlimpah pada kalian”. 
Bagi orang muslim, ‘salam’ bukanlah sekedar tradisi tegur sapa saja, tetapi mengandung makna dan filosofi kasih sayang, yaitu saling mendoakan agar selamat dan sejahtera.
Ajaran agama Islam bersumber kepada dua kitab, yaitu “Al-Quran” dan “Al-Hadits”.  Qur’an (Al-Qur’an) adalah kitab suci yang berisi kumpulan firman Allah yang disampaikan melalui rasul-Nya yaitu Nabi Muhammad. Sedangkan Hadis (Al-Hadits) adalah  kitab yang berisi tentang segala perkataan, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad yang menjadi suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari.
Penamaan Islam sebagai agama, langsung diberikan oleh Allah melalui firman-Nya (Qur’an 5: 3)[11].  Sementara itu, pemberian nama agama lain yang berkembang di dunia senantiasa diidentifikasikan kepada orang atau tokoh yang membawa ajaran tersebut.
Agama Kristen (Christian theology) diambil dari nama Tuhan yang dipujanya, Jesus Kristus.  Yahudi (Judaism) berasal dari nama negara Juda (Judea) atau Yahuda. Budha (Budhism) berasal dari nama gelar bagi Sidharta Gautama, yaitu Budha.  Hindu (Hinduism) merujuk pada masyarakat yang hidup di daerah Shindu India. 
Sementara nama Konghucu (Confucianism) yang banyak dianut oleh masyarakat China diasaskan oleh Kong Fu Tse.  Sedangkan Tao (Taoism) berasal dari nama suatu ajaran filsafat di Cina yang berkembang menjadi agama dalam Dinasti Han. Dan agama Zoroaster (Zoroastrianism) adalah agama di Parsi yang disandarkan pada nama pendirinya, Zarathustra atau Zoroaster. 
Mengacu pada riwayat penamaan agama-agama itu, maka tidak mengherankan bila sebagian sarjana-sarjana Barat  -- karena ketidak tahuannya -- menggeneralisasi dan menyebut agama Islam dengan nama ‘Muhammadism’ -- agama yang dibawakan oleh Muhammad –
Islam merupakan satu-satunya agama yang secara tegas menyatakan bahwa Tuhan bagi seluruh umat manusia adalah Allah.   Dan satu-satunya Tuhan yang wajib disembah adalah Allah. Dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah berfirman:  “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku“ (Quran 20: 14).
Dari ayat tersebut Tuhan memperkenalkan diri-Nya kepada umat manusia dengan nama “Allah", dan sekaligus memerintahkan untuk menyembah Dirinya dengan cara “shalat”, yaitu suatu kegiatan ritual berupa sikap atau gerakan berdiri, duduk, rukuk dan sujud.   Dan pada ayat yang lain, Allah juga berfirman, “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (Qur’an 21: 92).
Islam juga merupakan satu-satunya agama yang mengakui eksistensi agama lainnya, termasuk mengakui para nabi terdahulu[12] -- seperti: Nabi Ibrahim, Isma'il, Ishak, Yusuf, Musa, Daud, Sulaiman dan Isa –.  Islam juga mengakui kitab suci agama lain  – seperti: Taurat, Zabur dan Injil --. Allah berfirman, Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. (Qur’an Surat Al-Maidah ayat 48).
Ajaran Islam berlaku bagi seluruh manusia di semua tempat dan segala zaman. Karena Nabi Muhammad diutus bukan untuk kaum tertentu, melainkan untuk seluruh umat manusia dan berlaku sepanjang masa.  Allah berfirman, “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Qur’an 34: 28)
Berbeda dengan para nabi dan rasul sebelumnya, yang diutus membawa ajaran Allah hanya untuk kaum/bangsa dan masa tertentu, misalnya: Nabi Shaleh untuk Kaum Tsamud [13], Nabi Musa untuk bani Israil[14], Nabi Daud untuk Bani Israil[15] , Nabi Yusuf untuk kaum Kan’an di Mesir[16], dan Nabi Isa untuk Bani Israil Palestina[17].
Islam juga merupakan agama universal, ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan umat manusia yang berlaku di setiap tempat dan masa. Islam merupakan agama yang memiliki keseimbangan dan keharmonisan orientasi hidup, yaitu “kehidupan dunia” dan “kehidupan akhirat”. Prinsip keseimbangan dan keharmonisan hidup merupakan salah satu ciri yang menonjol dalam konsep Islam.
Keseimbangan dan keharmonisan ajaran Islam mengandung implikasi bahwa Islam selalu berada pada garis tengah, tidak ekstrim pada salah satu pandangan, tidak materialistis, dan tidak pula sosialis. Islam memandang hidup secara utuh dan seimbang antara realita dan idealita.
Islam tidak membedakan ras, suku, dan bangsa. Ia diturunkan Allah untuk seluruh manusia dari bangsa dan golongan mana pun. Orang-orang Barat sering kali menyamakan Islam dengan Arab, seolah-olah Islam itu sama dengan Arab. Padahal keterkaitan Islam dengan Arab hanya terbatas pada sejarah dan bahasa, yaitu Nabi Muhammad, pembawanya, dari Arab dan Al-Quran sebagai kitab sucinya diturunkan Allah dalam bahasa Arab. Di luar itu, Islam tidak identik dengan Arab.
Islam adalah agama yang rasional, penuh dengan nilai-nilai universal, yang mengajarkan toleransi, kasih sayang, menghormati hak orang lain, menghargai wanita, peduli terhadap kaum ‘dhuafa’ -- kelompok manusia yang dianggap lemah(ekonomi dan fisik) atau mereka yang tertindas -- dan nilai-nilai kebajikan lainnya.
Ajaran-ajaran Islam terkait hubungan sosial antar umat manusia, antara lain adalah:
·         Islam memerintahkan untuk hidup berdampingan dan menghormati pemeluk agama lain. (Qur’an 3 : 159)
·         Islam tidak memaksakan kehendak kepada penganut agama lain. (Qur’an 2: 256 ; 109: 6 ; 34: 25 ; 16: 125)
·         Islam memerintahkan untuk taat pada pemerintah (Qur’an 4: 59)
·         Islam memerintahkan bersikap toleran kepada sesama manusia (Qur’an 60: 8 & Qur’an 109: 6)
·         Islam memerintahkan bersikap baik terhadap tetangga, orang miskin, dan fakir miskin (Qur’an 4: 36).
·         Islam memerintahkan untuk senantiasa memperhatikan keadaan/nasib tetangga (hadits nabi).
·         Islam memerintahkan peduli terhadap nasib kaum ‘dhuafa’, yaitu fakir miskin, orang lemah dan yatim piatu (Qur’an 107: 1-3)
·         Islam menilai manusia bukan pada status sosial tetapi pada ketaqwaan (Qur’an 49:13).
·         Islam melarang sikap sombong dan angkuh (Qur’an 31: 18)
·         Islam melarang manusia hidup secara berlebih-lebihan (Qur’an 7: 31)
·         Islam melarang menumpuk harta  (Qur’an 9: 34-35).
Maka tidak heran, jika seorang orientalis terkenal, H.A.R Gibb, mengatakan, "Islam benar-benar lebih dari sekadar sebuah sistem ketuhanan, ia adalah sebuah peradaban yang lengkap”. Hal senada dikemukakan seorang pengamat Barat, G.H. Jansen. Menurutnya, Islam bukanlah sekadar agama, tetapi suatu cara hidup total mencakup agamawi dan duniawi. Islam itu suatu sistem keyakinan dan sistem peribadatan. Ia adalah suatu sistem hukum yang luas dan menyeluruh.[18]
Demikian pula dengan Dr. Ahmad Al-Mazyad, ia mengatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang telah menggariskan metode kehidupan secara utuh. Di dalamnya diatur segala urusan dan segala aspek kehidupan. Ia bukan metode bikinan manusia yang mengandung unsur benar dan salah, akan tetapi metode Illahi yang dapat mengantarkan orang yang mengikutinya kepada kebahagiaan, ketenangan, dan ketentraman jiwa di dunia, serta sukses meraih surga dan menggapai kenikmatan abadi pada hari kiamat.



[1] Qur’an 1: 2-5. “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam ; Maha Pemurah lagi Maha Penyayang ; Yang menguasai hari pembalasan ; Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
[2] Qur’an 7:158 ; Katakanlah (Muhammad): "Wahai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah bagi kalian semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, …".  Dan  Qur’an 21:107 ; “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” 
[3] Qur’an 5; 48 : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.
[4] Definisi tentang Allah dijelaskan oleh banyak ayat suci dalam Al-Quran, diantaranya: QS. 3: 190-191; QS. 112:1-4; QS. 42: 11; dan QS. 2: 163. 
[5] Qur’an 5: 48
[6] Qur’an15:9. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
[7] Sejarah Alquran, karangan Prof Dr Abubakar Aceh
[8] Qur’an 5; 3 : “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu
[9] Qur’an 2; 286 : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
[10] Qur’an 2; 185 : “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…
[11] Al-Maidah; 3: “… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …”
[12] Qur’an 4: 163, “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud”.
[13] Qur’an 27: 45
[14] Qur’an 40: 53
[15] Qur’an 5: 78
[16] Qur’an 12: 56
[17] Qur’an 61: 6
[18] G.H. Jansen, Islam Militan, Pustaka Bandung, 1980.