Andai, hanya berandai, kalau saya pun akhirnya menjadi koruptor, seperti mereka yang digelandang KPK, akan ada banyak hal yang tidak akan saya lakukan. Akan saya pelajari berbagai kesalahan yang dilakukan mereka hingga akhirnya tertangkap tangan. Akan saya pikirkan skenario termutakhir untuk mengantisipasinya. Beberapa sudah terpikir, misalnya sebagai berikut:
1. Tetap Low Profile
Ini strategi yang mustinya dilakukan para koruptor. Jangan tampil mencolok, memamerkan harta yang berlebih, bergonta-ganti kendaraan mewah, membangun rumah bak istana, atau membiarkan pasangan menenteng tas bermerek yang harganya lebih mahal dari upah UMR ibukota.
Seorang kawan menyebut, Gayus Tambunan yang sempat menghebohkan dunia pajak tanah air dan internasional, selama bertahun-tahun tampil low profile, mengendarai mobil second, bahkan menarik uang patungan bensin untuk rekan-rekan sekantor yang menumpang kendaraannya. Siapa sangka, di bagasi mobil yang sama, tumpukan uang kerap menyesaki ruangnya.
2. Jangan pakai telpon selular
Kalau mau korupsi aman, hindari penggunaan teknologi terkini, terutama telepon selular. Kenapa? Ya jelas, selama ini KPK bisa menjaring para koruptor dan penyuapnya lewa sadapan percakapan lewat telepon selular. Pakailah surat, atau kalau perlu merpati pos. Jangan lupa langsung hancurkan surat yang Anda kirim dan terima sehingga tak ada bukti.
Hal sama berlaku untuk instant messaging. Jangan percaya klaim bahwa Whatsapp atau Telegram menggunakan enkripsi 32bit atau whatever jumbo mambo istilah teknis yang mereka katakan. Intinya, teknologi digital meninggalkan jejak digital, yang bagi negara atau KPK tentunya punya cara mengaksesnya.
Kalau jadi koruptor, berhubunganlah dengan penyuap Anda lewat fasilitas analog, macam kode morse, anagram dan sejenisnya. Paling banter yang bisa memecahkan anak pramuka.
3. Jangan pakai akun bank tanah air.
Ini kesalahan berikutnya para koruptor. Mereka melakukan transaksi suap-menyuap menggunakan rekening bank Indonesia. Tidak sadarkah Anda, semua transaksi perbankkan diawasi oleh Bank Indonesia dan PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi). Adalah masih untung hingga tahun ini PPATK dan Bank Indonesia tidak secara otomatis menyerahkan laporannya ke KPK. Coba iya, bakal lebih penuh rutan kita diisi tersangka kasus rasuah.
Belajarlah dari para konglomerat hitam. Gunakan rekening di negeri macam Swiss, Luxemburg atau negera-negara lain di pasifik dan Amerika Latin yang menawarkan tax haven seperti Bermuda, British Virgins Island dan Puerto Rico. Kalau perlu, minta bantuan konsultan keuangan untuk menset-up atau membeli shell company guna mencuci bersih uang korupsi Anda.
4. Hindari menerima uang cash
Banyak koruptor tertangkap tangan menerima uang cash dalam jumlah luar biasa. Bahkan seorang Dirjen sebuah kementerian teknis disebut tertangkap tangan bersama tak kurang dari 33 buah tas penuh dengan uang rupiah, dollar dan poundsterling di kamar dinasnya.
Tidakkah mereka berpikir, betapa repotnya menerima suap berupa uang cash. Apalagi dalam bentuk rupiah. Jumlahnya pasti banyak dan berbendel-bendel. Masih mending kalau dollar atau pounds. Namun, masih saja bakal repot.
Tidakkah mereka berpikir, untuk mendapatkan uang cash dalam julah besar guna menyuap, para pelaku rasuah musti menarik uang dalam jumlah besar di bank. Yang artinya akan ada catatan, yang artinya akan mengaktifkan fasiitas alert dari Bank Indonesia, PPATK dan ujung-ujungnya KPK.
Belakangan ada trend baru di mana suap tidak diberikan dalam bentuk uang fisik, namun dalam bentuk kartu ATM. Yang kemudian akan secara rutin diisi oleh penyuap, sehingga koruptor tidak terbebani dengan bergunung uang cash menyesaki kamar. Namun, jika Anda melihat point no 3, cara ini tetap beresiko besar selama ATM tersebut masih menggunakan rekening bank tanah air.
5. Buat Yayasan
Jika mau korupsi relatif aman, ikuti cara yang dicontohkan pendahulu kita. Dirikanlah yayasan, kalau bisa yang ada hubungannya dengan kegiatan sosial, keagamaan atau pendidikan. Kemudian, lewatkanlah uang suap ke sana, untuk kemudian bisa dialokasikan ke berbagai kegiatan tanpa kena pajak--namun bersih--hingga akhinya bisa masuk kembali ke rekening pribadi Anda tanpa kecurigaan.
Anyway, semua teknik di atas hanyalah imajinasi saya. Jangan terlalu dianggap serius. Jangan pula dicoba. Karena, jujur, kalau saya bisa memikirkan skenario semacam itu, KPK pasti telah lama memikirkannya dan menyiapkan penanggulangannya.
Sekali lagi, mengacu pada wejangan nenek moyang kita, sekarang adalah jaman kala bendhu, jaman kekacauan. Korupsi adalah salah satu wujud sekaligus penyebab kekacauan jaman ini. Adalah paling bijak untuk tidak ikut-ikutan melakukannya. Sebagaimana Eyang Ranggawarsita pernah berucap, "Sak begja-begjaning wong, kuwi sing eling lan waspada,".
Sugeng sonten, monggo ngopi rumiyin.
Oleh : Hasto Suprayogo (kompasianer)